Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Friday, October 9, 2015

REVOLUSI PERSEBAYA



“Perjuanganmu akan lebih sulit , karena melawan bangsamu sendiri”

Arek Surabaya ini telah membuat prediksi yang sangat popular dan relevan saat ini untuk bangsa kita juga untuk Persebaya Surabaya.

Sudah cukup rasanya waktu bagimu lebih dari 5 tahun . Usia dimana semestinya sudah beranjak sekolah lebih tinggi. Tidak ada hal yang membanggakan dari masa itu.

Jika di runut dari lahirnya 2009 sampai saat ini sudah lebih dari 5 tahun. Dengan orang yang sama selama itu. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya , periode ini adalah periode gagal.

Persebaya sekarat . Disamping faktor luar justru dari dalamlah sebenarnya semua bermula. Coba buka semua file koran atau media online semasa itu.

Kolaborasi managemen yang ada dan para mantannya yang di dalam adalah setali tiga uang. Sama-sama busuk. Bila ada yang maju atau membawa kearah kemajuan justru disingkirkan.

Persebaya sebagai salah satu bekas klub perserikatan. Klub ini secara histori dan dalam waktu yang lama banyak didanai oleh pemerintah kota Surabaya. Tentu juga sumbangan pengusaha yang dekat dengan pemkot waktu itu.

Semua fasilitas baik lapangan latihan , mess pemain , roda kompetisi internal ( pengurus cabang pssi kota ) menggunakan fasilitas pemkot. Pun juga soal pendanaannya. Itu berlangsung tahunan saat APBD masih boleh digunakan.

Maka saat berdirinya PT Persebaya Indonesia tidak ada unsur pemerintah kota sebagai pemegang saham menurut saya sangat aneh. Bagaimanapun ada semacam setoran modal secara langsung oleh pemkot. Contoh komplek Karanggayam itu milik pemkot.

Kenapa tiba-tiba muncul komposisi saham PT.PI tersebut ? Hanya Tuhan dan mereka (pengurus) nya yang tau. Kenapa pemkot tidak menggugatnya ? 

Dengan pemegang saham hanya Cholid Goromah , Saleh Ismail Mukadar dan Koperasi Mitra Surya Abadi. Koperasi ini infonya beranggotakan pemilik klub internal.

Mari coba kita lihat apa yang menyebabkan Persebaya sekarat dari kaca mata biasa saja.

DUET BELUT BIKIN KABUT

Surabaya sangat terkenal mempunyai makanan lezat dari belut. Ya , namanya Spesial Belut Surabaya dengan pemilik H.Poer.

Belut banyak hidup di sawah yang sekarang banyak di ternakan untuk kepentingan restoran. Mahluk yang sangat licin dan gesit jika di habitatnya. Susah di tebak lubang persembunyiannya. Mereka berdua menjadikan Persebaya terselimuti kabut gelap.

Secara moral seharusnya mereka berdua sudah mundur sebagai duet pemimpin PT.PI. Kalau lebih malu lagi boleh bunuh diri. Kenapa harus turun ?

Apa yang telah mereka perbuat selama ini tidak menghasilkan sesuatu yang positif. Perusahaan merugi. Meninggalkan banyak hutang ke pihak lain. Dan yang paling menyesakkan adalah ikut andil hingga Persebaya sekarat seperti saat ini.

Coba misalnya ada direksi sebuah perusahaan dimana laporan keuangan dan prestasinya jelek dan minus selama 5 tahun akan di teruskan ? Saya merasa pemilik saham lain akan mengadakan RUPS untuk evaluasi dan mengganti jajaran direksi.

Bagaimana dengan tanggungjawab hutang-hutang selama mereka menjabat ? Penjelasannya di akhir tulisan nanti.


PARASUT BUKAN PARASIT

Dalam ilmu biologi yang membahas tumbuhan di kenal ada namanya tumbuhan parasite. Yaitu tumbuhan yang dalam kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian besar atau seluruhnya pada tumbuhan lain atau induknya.

Nah klub internal sebagai anggota dari koperasi tadi bisa dikatakan sebagai parasit bagi PT.Persebaya Indonesia sebagai induknya. Sebagai badan hukum tersendiri sudah semestinya PT PI terbebas dari kewajiban atau rongrongan klub internal itu sendiri.

Sebagai pemegang saham benar , tapi dalam menjalankan roda perusahaan itu harus terpisah. Apalagi tidak jelas setoran modal apa yang sebenarnya tercatat dari klub internal ke PT PI. Ada yang tau ?

Perpindahan pemain dari internal ke Persebaya pun ada harganya. Juga sudah beralih dari pemain amatir ke professional. Pemain menjadi milik Persebaya lagi bukan klub internal.

Disini harusnya sudah putus hubungan secara legal. Tidak boleh klaim lagi bahwa pemain masih dimiliki klub internal.

Saat ini secara riil hanya berapa klub internal yang masih hidup secara sehat. Logika saja mengurus badannya sendiri saja sempoyongan apalagi masih ikut mengurus klub sebesar Persebaya.

“Bisa saja dengan adanya investor andal yang membiayai Persebaya , nanti nasib kami (klub internal) kembali cerah seperti dulu” statemen Maurits salah satu bos klub internal di Jawa Pos 8 Oktober 2015.

Dari statemen tersebut terlihat bahwa klub internal masih akan tetap menjadi parasite bagi Persebaya. Semestinya klub internal itu menjadi parasut bagi Persebaya. Sebagai bank pemain muda. Persebaya akan membeli pemain ke klub tersebut.

Parasut yang dimaksud adalah klub internal ikut melindungi Persebaya dengan memasok pemain berkualitas dengan harga pantas. Wajar secara klub internal melalui koperasi menjadi pemegang saham klub.

Untuk itu di perlukan langkah radikal menyelamatkan klub secara cepat dan matang. Jangan hilang momentum yang ada. Bergeraklah dan bekerjalah secara cerdas dan gotong royong. Tidak berjalan sendiri-sendiri.


REVOLUSI PERSEBAYA

Dalam salah satu kalimatnya seorang Tan Malaka berkata “ Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai keadaan” dalam aksi massa tahun 1926. Dilanjut dengan “Revolusi itu menciptakan”

Sebuah gerakan moral bersama untuk penyelamatan Persebaya. Revolusi Persebaya. Jika 2010 terjadi gerakan revolusi mengganti rezim Nurdin Halid dengan revolusi PSSI. Maka saat ini sudah saatnya bonek melakukan gerakan Revolusi Persebaya.

Beberapa hal bisa di jelaskan mengapa hal ini perlu dilakukan. Paling utama adalah managemen di bawah Cholid G , Saleh Ismail Mukadar beserta klub internalnya telah gagal.

Langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk itu saya coba sedikit menuliskannya sesuai yang saya mengerti. Semoga nanti ada yang menambah atau mengoreksinya.

Intinya Revolusi Persebaya harus jalan secepat-cepatnya dengan perhitungan yang matang.

Mendesak Rapat Umum Pemegang Saham kepada para pemegang saham. Mengembalikan semua saham kepada forum tersebut secara nyata beserta hitungan nilai saham sesuai akta pendirian. 

Pemegang saham harus berbesar hati menyerahkan sebagian saham ke investor atau pihak lain untuk ikut mengelola PT.PI. Dilakukan penilaian yang wajar atas nilai saham , asset klub ( ada atau tidak ?) dan tentu saja hutang berjalannya.

Kekonyolan atau kekeliruan dalam pengelolaan selama ini harus dijadikan pelajaran. Jangan diulangi apapun alasannya. Cholid Ghoromah dan Saleh Ismail Mukadar harus keluar dari managemen. 
Meraka Gagal.

Jangan lupakan Bonek. Bonek adalah bagian yang sangat penting untuk Persebaya. Investor akan melihat bonek sebagai bagian dari investasi mereka mengelola PT.PI. Jika memang bonek melalui koperasi atau yayasan yang mau dibentuk untuk menjadi bagian pembeli saham , biarkan berjalan sesuai aturan yang ada.

Duet Cholid Saleh mundur dan klub internal tau diri dalam hal pengelolaan nanti adalah kunci dalam mendatangkan investor. Persebaya dan bonek itu seksi.

Semua hutang bisa diselesaikan dengan dihitung sebagai setoran modal yang datang nanti. Analoginya jika saham yang dijual total sebesar 70% dengan nominal 70 milyar . Maka dari 70 milyar itu sebagian langsung digunakan untuk melunasi semua hutang PT.PI.

Nominal lain langsung digunakan untuk membangun fasilitas tim , lapangan dan mess sendiri , membentuk tim managemen dan klub sesuai anggaran yang ada. Tidak besar pasak daripada tiang.

Tidak ada kewajiban investor membiayai klub internal dan kompetisi internal. Itu domain asosiasi sepakbola Kota Surabaya. Sebagai tim amatir mereka masih boleh menerima bantuan dana dari pemkot. Dan tentu saja bisa mencari sumber dana sendiri tanpa perlu menyusu ke Persebaya.

Biarkan Persebaya mandiri tanpa gangguan internal. Bonek juga wajib mengawasi kinerja mereka untuk mengelola klub kesayangannya. Dukung jika positif kritisi jika melenceng.

Jadi impian saya adalah jangan Kembalikan Persebaya ke Karanggayam yang banyak tikus contongnya , tapi Kembalikan Persebaya sebagai klub kebanggaan. Bisa punya komplek latihan milik sendiri tanpa perlu nebeng asset pemerintah kota.

Sedikit menggocek ungkapan tokoh terkenal “di dalam masa revolusilah tercapainya puncak kekuatan moril , terjadinya kecerdasan pikiran dan memperoleh segenap kemampuan untuk merenovasi bangunan  Persebaya baru” .

Meminjam judul buku Budiman Sudjatmiko jadilah bonek generasi sekarang sebagai Arek – Arek Revolusi.

Revolusi Persebaya ! Cholid Saleh mundur. Tanpa itu semua , akan mengulang yang sudah-sudah. Percayalah Persebaya akan kembali.





Monday, August 10, 2015

Surat Terbuka buat Bapak Gede Widiade


Pak Gede Widiade yang terhormat ,

Saya nulis surat ini biar kayak kekinian membuat surat terbuka tentang unek-unek di kepala saya. Pak Gede , saya sangat mengerti bapak itu sangat “mencintai” sepakbola. Bapak yang mengaku arek Wonokromo selalu mengatakan “aku yo bonek”.

Kecintaan bapak sudah tidak diragukan lagi , sejak bapak ditunjuk oleh Saleh Imail Mukadar dan Cholid Ghoromah untuk memegang PT.Pengelola Persebaya Indonesia saat itu. Dengan berjalannya waktu dan berbagai suka dukanya bapak selalu bilang berkorban untuk sepakbola dengan iklas.

Masih sangat inget saya omongan dan statemen bapak di Hotel Simpang saat ada diskusi menyelamatkan Persebaya. Bapak sebagai pengusaha yang katanya sukses di Jakarta dengan gagah berani mengatakan saya telah berkorban untuk Persebaya dengan harta benda.

Pak Gede yang berhati mulia ,

Seiring berjalannya waktu posisi bapak sekarang ada di tim dimana tim tersebut sangat berbeda dengan yang dulu bapak kelola dengan gagah perkasa. Sebelum masuk tim sekarang bapak dengan bala kurawa dan pandawa nya berhasil “memiliki” dan “mengelola” sebuah tim di Kota Mojokerto.

Saat ini tim yang bapak kelola akan mengikuti sebuah turnamen yang diselenggarakan oleh PT. Liga Indonesia bertajuk Piala Presiden . Sebelumnya nama turnamen ini akan bernama Piala Indonesia Satu. Entah kenapa berganti nama. Mungkin habis buat bubur abang .

Pak Gede yang gagah perkasa ,

Bapak tau selama tim yang bapak kelola bermain di Surabaya kurang mendapatkan tempat di hati mayoritas bonek yang ada. Stadion hamper kosong bahkan saat tiket masuk di bagi-bagi ke masyarakat bahkan di “bagi” juga ke “sponsor”.

Bapak dengan pede nya memberi keterangan pers yang mengatakan bahwa tim bapak sekarang sudah diakuisisi oleh perusahaan bapak 100%. Artinya tim itu sudah milik bapak sendiri. Ok pak itu betul memang tim yang dimiliki dan dikelola oleh bapak.

Tapi pak , yang menjadi semacam ngganjel di saya adalah nama klub yang bapak kelola kenapa tidak ganti saja dengan misalnya Wonokromo FC , Rujak Cingur FC , Lontong Balap FC , atau bahkan bapak bisa hidupkan kembali seperti Niac Mitra , Mitra Surabaya tentu saja juga harus ijin pemilik lama kalau pakai itu.

Atau bapak membuat klub baru sebagaimana banyak kota dimana ada lebih dari satu klub. Kalau itu bapak lakukan saya yakin akan punya basis pendukung sendiri di kota Surabaya ini. Surabaya sudah punya pengalaman punya klub selain Persebaya.

Pak Gede yang bijaksana ,

Sebelum bergulirnya Piala Presiden saya berharap bapak membaca surat saya ini , saya yakin sebagai arek Wonokromo asli bapak tau karakter dan nyali arek Suroboyo. Bapak sebagai kelahiran Tuban mestinya juga bertindak dan berpribadi layaknya Ronggolawe yang ksatria. Bapak akan lebih terhormat mengurus rakyat saja sebagai wakil rakyat di DPR. (Jadi anggota dewan khan ?)

Untuk itu pak , segerakanlah membuat bancaan, selametan, tumpengan dan bubur merah putih , senyampang bulan Agustus ini buat nama klub baru bapak , sayembarakan kalau kesulitan tentunya bareng logo klub barunya nanti.

Saya akan ikut sayembara itu , pokoknya kalau menang saya gak akan ambil hadiahnya , biar hadiahnya besar bisa buat bayar tagihan para pemain saat bapak mengelola Persebaya .


Salam Satu Nyali 

Wednesday, April 29, 2015

Persebaya mau kemana setelah bangkit ?



Tepat tanggal 18 April 2015 lalu ketika berlangsung Konggres Luar Biasa PSSI di Hotel JW Marriot Surabaya juga ada aksi besar bonek yang mengatasnamakan Arek Bonek 1927 yang merupakan pendukung klub Persebaya (1927). Dalam aksi tersebut bonek membawa 3 tuntutan besar yang ditulis di satu spanduk sepanjang tiga meter berisi tiga tuntutan Bonek, yaitu mendukung Presiden RI melawan mafia FIFA demi kedaulatan Indonesia, mendukung Menpora dan BOPI tegas terhadap PSSI dan PT Liga Indonesia, serta kembalikan hak-hak PT Persebaya Indonesia.

Selepas adzan dhuhur waktu Surabaya massa aksi yang berkumpul di tengah teriknya matahari yang sangat menyengat diatas jalan beraspal dan di pagari gedung-gedung bertingkat di kiri kanan jalan Embong Malang tiba-tiba terdiam. Mereka mendengarkan sebuah orasi dari atas truk pengangkut sound system dari salah satu koordinator aksi yaitu Cak Andie Peci demikian biasa dipanggil. Dengan suara gemetar dan terpatah-patah ditengah keheningan massa yang bersimbah keringat panas Andie Peci membacakan berita yang diterima dari Jakarta yang terlihat dicatat di kertas kecil digenggam di tangan kiri sementara tangan kanan memegang mic. Berita yang dibaca adalah tentang Surat pembekuan bernomor 01307 tahun 2015 yang intinya adalah pembekuan segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasi PSSI tidak diakui oleh pemerintah. Tanpa dikomando sontak kabar ini disambut peserta aksi dengan suka cita tawa tangis serta sujud syukur dijalan raya , terlihat banyak airmata meleleh ditengah derasnya keringat di wajah dan badan mereka melawan panasnya matahari Surabaya yang terkenal cukup panas.

Adanya pembekuan PSSI sendiri sebenarnya bukanlah dari tujuan bonek itu sendiri karena secara nyata dan seharusnya mereka wajib melanjutkan pengawalan tentang perjuangan mengembalian Persebaya sesuai keyakinannya bahwa Persebaya yang ada harusnya yang berada di bawah manajemen PT Persebaya Indonesia. Dalam kasus ini mereka sudah melayangkan surat pendaftaran gugatan ke Pengadilan Negeri Surabaya. Surat gugatan itu didaftarkan ke Pengadilan Negeri Surabaya dengan nomor 241/Pdt G P/2015 tertanggal 23 Maret 2015. Dalam surat gugatan tersebut ada dua pihak yang tergugat ,mereka adalah PT Mitra Muda Inti Berlian beralamat di Serenity Kavling 11 Semolowaru, Surabaya selaku pengelola Persebaya ISL, disebut sebagai tergugat satu dan PSSI sebagai tergugat dua.

Persebaya sebagai bekas klub perserikatan di era lama memang mempunyai banyak hal khas yang unik dan rumit untuk tidak menyebut komplek disaat era sepakbola modern ini sebagai sebuah klub professional. Sudah banyak tulisan tentang sejarah terbentuknya Persebaya dan juga tentang terbentuknya PT Persebaya Indonesia sebagai badan hukum yang menaungi Persebaya di era professional. Tentang komposisi saham yang diketahui adalah 55 persen dimiliki oleh Saleh Ismail Mukadar , 25 persen oleh Cholid Ghoromah dan 20 persen oleh Koperasi Mitra Surya Abadi yang diketuai oleh Suprastowo. Koperasi tersebut dimiliki oleh 30 anggota klub internal Persebaya atau Pengcab Kota Surabaya.

Disaat menunggu proses pengadilan yang sangat mungkin akan berlangsung panjang dan melelahkan ada baiknya jika pengurus manajemen yang ada dan bonek dalam hal ini bisa memulai memikirkan berbagai hal untuk menyiapkan klub dimasa depan. Teori manajemen olahraga dan manajemen klub bola sudah banyak untuk dipelajari beserta contoh klub yang akan dijadikan acuan belajar dari berbagai aspek. Sebelum masuk kesana tidak ada salahnya mengoreksi ke dalam tentang hubungan dan posisi klub internal dalam hal kepemilikan sebelumnya beserta hak dan kewajibannya.

Dengan asumsi semua 30 klub masih solid dibawah PT Persebaya Indonesia , pertama adalah apakah 30 klub itu nyata adanya dan punya kegiatan pembinaan secara kontinyu walau hanya berupa SSB atau Sekolah Sepak Bola. Sepengetahuan penulis tidak semua klub itu berkegiatan secara rutin dan hanya berupa papan nama sebagai klub yang “ikut” memiliki Persebaya melalui kepemilikan saham di koperasi. Selama ini dalam prakteknya beberapa klub memang menyerahkan pemainnya untuk Persebaya dengan kompensasi dana pembinaan ke klub asal. Untuk penyertaan modal secara riil dari tiap klub penulis belum bisa memperoleh data resmi ada atau tidaknya mereka sebagai pemegang saham juga ikut menyertakan modal dana untuk memutar roda Persebaya. Dalam hal ini adalah hak dan kewajiban klub internal terhadap kepemilikan saham harus jelas dan tertuang dalam anggaran dasar dan rumah tangga yang baru nanti. Karena sebagai bekas klub perserikatan mau tidak mau harus tetap merangkul klub internal sebagai bagian dari sejarah panjang klub , walaupun sebenarnya jika ditelaah secara mendalam tidak ada kewajiban melibatkan mereka kalau dilihat dari sisi manajemen modern sepakbola.

Dalam diskusi "Selamatkan Persebaya" di Hotel Inna Simpang, Surabaya, Sabtu, 9 Februari 2013 beberapa tahun lalu seorang penulis asal Bandung Zen RS memberi istilah “manajemen saweran” untuk klub yang berasal dari perserikatan tidak terkecuali Persebaya. Dalam pemahaman ini adalah manajemen klub dikelola atau mendapatkan modal dana dari saweran beberapa donator dengan berbagai kepentingannya. Belum berupa ikatan kerjasama seperti dengan sponsor untuk durasi lama dan partner kerja. Begitu pula peran klub internal wajib diperjelas.

Saleh Ismail Mukadar sudah berjanji jika semua proses pengadilan sudah selesai apapun hasilnya dia akan mundur dari manajemen PT Persebaya Indonesia , untuk itu pasti akan ada RUPS penggantian Komisaris Utama dan pemilihan struktur yang baru untuk mengelola klub nanti. RUPS ini sejatinya sangat penting untuk menentukan kearah mana dan model kepemilikan klub bagaimana yang akan mereka pilih nanti. Ada beberapa opsi yang bisa di pilih nanti untuk pengelolaan klub Persebaya ini.Sebelum ke opsi tadi di RUPS juga sudah ditentukan komposisi pemegang saham terbaru atau bahkan ada pemegang saham baru.

Pengalaman pahit saat pengelolaan Persebaya diserahkan oleh PT Persebaya Indonesia ke konsorsium yang dipimpin Arifin Panigoro lewat bendera PT Pengelola Persebaya Indonesia jangan sampai terulang , semua harus tercatat dan transparan hak dan kewajibannya.

Beberapa opsi itu misalnya satu dikelola sepenuhnya oleh perwakilan klub internal yang ditunjuk dan dipilih ketua , kedua adalah membuat presidium yang juga melibatkan supporter dalam hal ini bonek beserta klub internal atau membuat koperasi, ketiga adalah dikelola oleh BUMD Kota Surabaya yang dibentuk khusus untuk mengelola Persebaya dan keempat adalah dijual 100% ke pihak lain.

Opsi Pertama

Semua manajemen yang akan mengelola Persebaya berasal dari klub internal dengan asumsi pertama yaitu dalam RUPS sudah ditentukan pemegang saham terbesar masih di klub internal. Dari 30 klub internal itu ditunjuk beberapa orang untuk secara full time bekerja di PT Persebaya Indonesia mengurusi semua hal. Jika dilihat dari para pemilik klub internal di Persebaya sangat jarang atau bahkan sedikit sekali yang punya pengalaman mengelola klub professional dan mengikuti kompetisi sepakbola tanah air. Ini salah satu kelemahan dalam opsi pertama ini , disamping punya kelebihan mereka akan lebih tau tentang sumber daya pemain dari internal klub. Juga harus ada paradigma baru dari klub internal agar tidak “menyusu” ke perusahaan pengelola Persebaya ini agar semua bisa bekerja secara professional dan tertata rapi serta sehat. Selama ini seperti di era perserikatan kebanyakan klub internal masih membebani ke Persebaya padahal saat ini harusnya Persebaya secara organisasi sudah terpisah dari klub internal. Klub internal hanya sebagai pemilik saham saja , dan kepemilikan ini tidak hanya berupa nama jika diperlukan ada penyertaan modal entah berupa apa saja. Jadi disini yang dimaksud adalah Koperasi Mitra Surya Abadi membeli atau mempunyai saham mayoritas di PT.Persebaya Indonesia. 



Opsi Kedua 

Yaitu berupa presidium dimana kepemilikan klub bisa diwujudkan dalam sebuah koperasi atau sejenisnya dimana anggotanya bisa dari bonek beserta klub internal tadi. Semua anggota mempunyai kewajiban membayar iuran per tahun yang jumlahnya telah ditentukan dan disepakati bersama. Cara ini bisa meniru secara perlahan bisa belajar dari model Barcelona klub peserta liga Spanyol. FC Barcelona merupakan organisasi sepakbola yang lebih dari sekedar klub. Dari anggota yang terdaftar dipilih beberapa orang untuk mengelola klub secara professional dalam periode tertentu , missal 3 tahun atau lima tahun akan berganti pengurus kecuali mereka terpilih kembali dalam pemilihan presidium baru oleh anggota. Selain dari iuran anggota sebagai sumber pendanaan klub , presidium juga bergerak mencari sumber pendanaan lain lewat manajemen baik dari sponsor,hak siar,merchandise klub dan lain sebagainya. Presidum atau pengurus klub disini hanyalah pelaksana dari roda klub karena kekuasaan terbesar ada di tangan anggota. 

Di model opsi ini ada peran serta aktif bonek sebagai supporter Persebaya mempunyai peran yang signifikan untuk keberlangsungan hidup klub itu sendiri baik sebagai anggota biasa ataupun terpilih di pengurus klub. Artinya suara bonek juga ada atau masuk dalam setiap pengambilan keputusan tentang jalannya klub. Ada tanggung jawab moral juga disini bahwa bonek yang jadi anggota juga harus bertanggungjawab terhadap klub. Kalau ini yang dipilih akan jadi sejarah besar bagi klub dan bonek. Bonek akan ikut aktif dan mau tidak mau harus mulai belajar bagaimana mengelola klub secara riil terlibat langsung dengan kontrol oleh bonek sendiri yang berada di luar kepengurusan dan tidak jadi anggota. Artinya ini salah satu peluang bonek ikut memiliki klub bukan hanya sebagai supporter tapi secara legal menjadi pemilik klub. Jadilah Persebaya bukan hanya sebuah klub.



Opsi Ketiga 

Pilihan ini sangat menarik kalau dilihat dari sejarah Persebaya dan pemerintah kota Surabaya itu sendiri. Jika di masa perserikatan Persebaya sedikit banyak ada campur tangan pemerintah kota melalui pengurus cabang PSSI kota Surabaya dan walikota nya. Keterlibatan pihak pemkot banyak ke soal pendanaan operasional klub Persebaya itu sendiri. Saat kran APBD sudah tidak bisa lagi dipakai untuk sepakbola dan klub harus berbadan hukum mulai dari situ hubungan Persebaya dengan pemerintah kota sudah lepas. Salah satu opsi untuk bisa ikut lagi mengelola klub sepakbola secara langsung walau tetap tanpa APBD Pemerintah kota bisa mengambhil alih kepemilikan PT Persebaya Indonesia secara keseluruhan ataupun mayoritas lewat BUMD yang dibentuk pemkot. Cara ini sudah akan dilakukan oleh Gubernur DKI Ahok lewat BUMD JakPro yang akan membeli saham Persija. Model ini sepertinya menjadi opsi terbaik untuk tetap menempatkan Persebaya dan Bonek sebagai salah satu ikon kota Surabaya itu sendiri. Memang akan sangat rumit sekali menilai nominal dari saham yang ada terutama yang dari klub internal karena mereka hanya pasang nama klub. Ada pilihan yaitu saham kepemilikan dari Saleh Ismail Mukadar dan Cholid Ghoromah diambil , artinya BUMD nanti sudah menguasai mayoritas saham Persebaya yaitu 80% saham sisanya yang 20% saham tetap dimiliki koperasi klub internal. Dimasa momen pilkada ini memang sangat dilematis untuk berhubungan dengan institusi pemerintah , tapi ini adalah salah satu opsi terbaik untuk Persebaya. Jika opsi ini dipilih harus ada komunikasi terbuka antara manajemen sekarang dengan pemerintah kota. Sampai saat ini belum ada ketertarikan baik pihak pemkot maupun manajemen sendiri. 

Nilai positif lain dari kepemilikan lewat BUMD adalah rumah Persebaya tidak akan pindah dari Surabaya dan Persebaya akan menjadi ikon resmi pemerintah kota Surabaya. Tapi ada juga nilai yang kurang baik seperti lebih dekat dengan pemerintah kota yang secara politis bisa jadi langsung ataupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan semua tindakan politik penguasa kota. Belum lagi nanti aka nada pro kontra antara eksekutif dan legislative kota tentang pembentukan BUMD itu sendiri. Masih panjang jalan menuju itu diperlukan keyakinan baik dari pemkot,DPRD, dan manajemen sekarang untuk duduk satu meja demi satu nama Persebaya.



Opsi Keempat ,

Diluar ketiga opsi tadi ada pilihan lain atau keempat yang sepertinya akan banyak pertentangan di internal yaitu 100% saham atau mayoritas dikuasai sebuah korporasi atau perusahaan besar. Kekhawatiran terbesar mungkin ada di bonek jika Persebaya dipindah home base keluar Surabaya. Ini bisa dimaklumi karena bonek ada juga karena ada Persebaya begitu juga sebaliknya. Tapi hal ini bisa dihindari jika diawal peralihan kepemilikan bisa ditegaskan bahwa Persebaya tetap di Surabaya.Di era sepakbola modern menuju sebuah industri olahraga opsi ini adalah hal wajar di dunia persepakbolaan utamanya masalah hal kepemilikan sebuah klub. Untuk kebaikan dan kelangsungan hidup dan keberlangsungan klub opsi ini juga tidak ada salahnya jika nanti bisa dipilih.



Akhirnya ,

Jadi apapun pilihan opsi yang akan dipilih nanti tidak jadi masalah apabila semua dilakukan secara transparan terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara tertulis. Sebagai supporter bonek bisa sebagai pihak pengontrol aktif agar semua berjalan di arah yang sebenarnya.Bonek juga harus mulai realistis dalam hal ini jika nanti sudah memilih salah satu opsi diatas , maka harus diutamakan adalah kelangsungan pengelolaan roda manajemen dan keuangan klub. Tidak perlu dulu menuntut berprestasi juara yang penting adalah jalannya klub. Gaji lancar , anggaran realistis , semua sisi manajemen digarap dengan hati ,professional dan transparan. Kontraklah pemain dari internal klub dulu dengan harga wajar agar keuangan tetap sehat. Yakinlah jika semua bersikap terbuka dan mau menerima masukan dari berbagai pihak dan bekerjasama semua akan menjadi lebih baik.

Jangan pernah terlambat untuk memikirkan hal ini , akan percuma hasil di pengadilan positif jika setelah itu belum tau dan siap dengan apa yang harus diperbuat belum dipikirkan dan dipersiapkan mulai sekarang.

Jika sudah pernah mati dan kemudian hidup lagi maka hiduplah trus jangan pernah mati lagi .Semoga kita semua bisa kembali menikmati dan “Merayakan Sepakbola” meminjam judul buku Fajar Junaedi penulis buku Bonek.

Sudah siapkah sebuah klub bernama Persebaya bangkit dari tidurnya dan bisa hidup lagi untuk selamanya ?

“Persebaya lebih besar dari yang Kau kira” – Bajulijo.net 



Tuesday, December 24, 2013

Surat Untuk Aku dan Kamu , Bonek






Bonek , sudah banyak yang menuliskan apa,siapa,bagaimana dengan apa yang di sebut bonek.Tidak bisa dilepaskan dari sebuah klub sepakbola Surabaya yaitu Persebaya Surabaya.


Disini saya tidak akan menulis tentang sejarah ataupun asal muasal bonek tetapi akan sedikit beropini tentang apa yang terjadi sekarang sebagai seorang bonek itu sendiri. Tulisan ini mungkin nanti tidak bisa seimbang ataupun obyektif tapi ini murni opini dari saya.

Saat ini di akhir 2013 bonek mengalami sebuah dilema di kalangan bonek sendiri. Kenapa bisa begitu , semua sudah paham saat ini ada dua klub di Surabaya yang secara nyata memang ada. Satu Persebaya yang berkompetisi di IPL musim lalu dan Persebaya yang berkompetisi di DU musim lalu. Kenapa saya tetep menuliskan ada dua Persebaya tersebut, ini semata-mata berdasarkan “fakta” yang “diakui” oleh Federasi sepakbola kita sebelum Persebaya (1927) akhirnya tidak diakui oleh federasi.

Kembali ke awal saya tidak akan membahas tentang dua klub tadi,tapi akan langsung dengan apa yang terjadi sekarang. Fakta Bonek pecah menjadi dua kubu ,harus kita akui bersama.Hanya karena beda klub yang didukung di ranah media social pun secara gamblang terlihat “perang” opini . Belum lagi gesekan yang sudah terjadi di lapangan. Ini semua menurut saya saat ini ujian terbesar bagi kedewasaan bonek untuk saling menjaga dan menahan diri jangan sampai terjadi apa yang bisa dinamakan perang saudara.

Sebagai arek Surabaya sudah semestinya semua bisa diselesaikan perpedaan pandangan dan dukungan ke klub itu disikapi dengan dewasa dan dengan cara Surabaya. Memang semua ini tidak mudah tapi saya yakin akan bisa dengan terus mendewasakan diri masing-masing bonek terus di tularkan ke saudara-saudara terdekat bahwa persaudaraan antar bonek sendiri itu jauh diatas segalanya.

Prinsip bahwa tidak ada yang bisa merasa lebih bonek dari lainnya harus dikedepankan, perkara masalah legalitas klub biarkan para stakeholder lain yang memegang hak kelola untuk berjuang di ranah hukum dengan tetap memperhatikan semua bukti dan fakta sejarah yang ada. Tugas kita semua adalah mendorong klub apa yang kita dukung untuk berjuang dengan keyakinannya , bukan bertikai antar supporter sendiri.

Pertengahan Januari 2014 ini jika tidak ada perubahan PSSI akan melaksanakan Konggres di Surabaya. Ini akan semakin ramai jika bonek sudah turun ke lapangan dan bisa saling head to head sesame bonek sendiri membela dua kubu yang berbeda. Di jaman yang demokratis seperti sekarang hak demo tersebut memang tidak dilarang,menurut saya yang perlu di tekan justru kepengurusan PSSI sekarang dengan segala permasalahannya bukan salaing berhadapan antar bonek. Waspadalah kita semua di adu domba para mafia !

Fokuskan perjuangan dan dukungan kalian untuk klub yang anda sayangi dan cintai , tidak perlu dengan mengejek saudara sendiri atau bahkan klub yang tidak kalian sukai,biarlah seleksi alam akan berjalan dengan sendirinya. Tidak usah memaksakan pengaruh ke bonek lainnya ,karena kalau semua hasil pemaksaan tidak akan langgeng,biarlah berjalan alami.

Wahai bonek ayolah kita lawan mafia sepakbola nasional secara bersama bukan saling “tukaran” sendiri bahkan di rumah sendiri , kalian semua sudah dewasa dan kalian semua adalah supporter yang hebat. Tunjukan jiwa Arek Suroboyo sebagai pejuang yang pemberani melawan penindasan dan ketidakadilan.

#kabehdulur

Salam Satu Nyali Wani

Wednesday, November 13, 2013

Saya Cinta Persebaya , Titik !



Cinta itu buta tapi bukan berarti kalau buta itu tidak bisa melihat, masih bisa membedakan mana Ferrari atau Honda City.

Cinta terhadap sesuatu juga bukan hanya memuji dan menghamba kepada yang dicintai akan tetapi karena adanya cinta itu justru ada keharusan dan kewajiban untuk member semacam penilaian dan kritikan agar apa yang dicintainya menjadi lebih baik kedepannya.

Di luar sana ada Romeo dan Juliet yang ceritanya begitu kondang saling setia dan sehidup semati , mungkin terlalu jauh membandingkan kisah itu dengan hubungan antara bonek dan Persebaya. Kecintaan atau kesetiaan bonek pada Persebaya itu kalau boleh dikatakan kekal walau dengan cara mereka (pribadi) masing – masing.

Dari generasi ke generasi dengan berbagai cara dan dukungan bonek selalu mencintai Persebaya sebagai sebuah klub besar dengan prestasi lokal 5 kali Juara Perserikatan dan 2 kali Juara Liga Indonesia. Bonek sebagai seporter yang hanya mendukung Persebaya di lapangan,saat ini juga sudah terlalu sering yang dalam bahasa anak sekarang di PHP sama managemen tentang arah dan kebijakan klub. Sebagai bagian luar klub saya tidak terlalu tahu apakah managemen juga memiliki rasa yang sama dengan yang dipunyai bonek terhadap klub besar ini.

Berbagai masalah internal sedang dihadapi klub ini ,informasi diluar berkembang liar karena tidak adanya semacam juru bicara dari pihak managemen yang menginfokan perkembangan yang terjadi. Apapun yang terjadi di dalam sebenarnya tidak akan pernah menyurutkan rasa cinta saya sebagai bonek untuk tetap mendukung Persebaya.

Harapan saya sebagai bonek adalah managemen bisa secepatnya menghidupkan kembali organisasi klub,jika para orangnya hanya berfikiran mencari uang di dalam segeralah berkemas,gantilah dengan yang bisa menghasilkan uang buat klub demi kebanggaan Persebaya. Persebaya adalah Surabaya berilah kebanggaan kota ini dengan prestasimu seperti dulu. Ajaklah semua stakeholder sepakbola Surabaya membahas bagaimana baiknya semua demi kemajuan Persebaya.

Saya yakin dengan berkolaborasinya semua pihak yang mencintai dengan tulus Persebaya dan mau bekerja secara professional,klub ini akan bangkit dan memberi kebangaan tersendiri bagi kota Surabaya dan bonek pada umumnya.

I LOVE PERSEBAYA

Kami Rindu Juara , Salam Satu Nyali!

Monday, June 17, 2013

Persebaya dan Tiket Palsu







Minggu pagi 16 Juni 2013 cuaca Surabaya seperti hari-hari sebelumnya mendung gelap menggelayut diatas langit kota ini dan beberapa daerah diguyur hujan mulai pagi. Menginjak siang kencangnya angin mengusir gelapnya mendung di beberapa kawasan dan membuat saya dengan hawa sejuk berangkat menyusuri jalanan pinggiran Surabaya menuju Gelora Bung Tomo (GBT) untuk melakukan ibadah nonton Persebaya yang hari itu menjamu pimpinan klasemen IPL Perseman Manokwari sebuah klub bola asal Papua yang berhome base di Sleman DIY.


Jarak tempuh yang lumayan dari tempat tinggal di wilayah timur menuju stadion di wilayah barat saya tempuh lebih kurang satu jam. Memasuki daerah sememi sepertinya baru saja diguyur hujan melihat jalanan basah dan beberapa tempat terlihat genangan air. Terlihat sudah banyak rombongan bonek beriringan menuju GBT. Sesampainya di GBT langsung mencari tempat parker dan dengan segera menuju stadion mencari loket untuk membeli tiket masuk. Tiket seperti biasa hanya dijual di seputaran stadion setelah tiket box yang musim lalu ada dihapuskan oleh panpel dengan berbagai alasan.

Saya membeli 3 tiket ekonomi seharga 25 ribu rupiah per lembarnya di Gate 19 , dibelakang saya ada seorang teman membeli 2 lembar tiket. Setelahnya kita menuju gate 15 untuk masuk stadion dan disitu ada 4 portir berseragam dan beberapa petugas keamanan. Teman saya yang beli 2 tiket tadi berada di depan saya ditolak masuk oleh porter dengan alasan tiketnya palsu,padahal beli di loket. Giliran saya masuk herannya tiket saya ternyata asli dan sempat di cek juga oleh teman saya pertama ada beda warna sedikit yang kalau tidak teliti terlihat sama.

Dengan sedikit terheran saya berfikir, ada unsur kesengajaan disini kenapa di loket resmi ada tiket palsu. Saya langsung masuk stadion dan berkomunikasi dengan teman lain ternyata banyak yang menemukan dan mengalami seperti teman tadi. Loyalitas bonek dan kampanye panitia #notiketnogame dibayar panitia dengan cara seperti ini.

Jika di laga Persebaya v PSM pada tanggal 13 Juni 2013 ditemukan tiket tidak berpoporasi sebagai tanda sudah disahkan oleh dispenda setempat,maka kemarin tiket palsu beredar justru ada porporasinya. Ada apa ini dan kenapa bisa terjadi semoga dalam waktu dekat terungkap.

Perihal adanya kasus ini kemarin sekertaris panpel Ram Surahman berkata : "Kami sangat menyesalkan kejadian ini. Saat tim ini sedang membutuhkan dana, justru ada orang yang dengan sengaja berbuat kejahatan dan merugikan klub. Kami akan usut tuntas kasus ini. Kami tak akan biarkan pelakunya berkeliaran dan melakukan hal serupa di kemudian hari,"

Disini saya tidak akan menulis tentang jalannya pertandingan yang berakhir 2 – 1 untuk Persebaya lewat gol Soller menit 1 dan Karlovic menit 81. Lebih tertarik tentang masalah lama yang selalu berulang dan tambah canggih yaitu ticketing.

Jauh sebelum panpel atau managemen mengkampanyekan no tiket no game,beberapa komunitas bonek telah mendahuluinya dengan itu bahwan ada juga “buying without watching” yang kurang lebih berarti banyak bonek luar kota/pulau bahkan dalam kota yang membeli tiket tanpa melihat ke stadion. Ini sebagai bentuk keprihatinan dan loyalitas bonek dalam mendukung dan membantu Persebaya dengan caranya.

Tapi apa yang terjadi kemarin sepertinya akan menjadi titik balik bagi gerakan bonek jika tidak ada perbaikan dari pihak panpel,bisa jadi laga home di putaran kedua nanti akan ada hal yang mungkin tidak akan diduga oleh Persebaya sendiri. Menarik dinantikan apa yang akan terjadi di putaran kedua.
Football without fans is NOTHING , Persebaya tanpa BONEK bukan apa-apa !!

sumber gbr : beritajatim