Bumi gonjang ganjing langit kelap kelap , begitu biasanya dalang wayang kulit mengucap mantra sakti lakon wayang.
Bung Karno arek Suroboyo sudah mengingatkan kita semua " Musuhku mudah karena melawan penjajah, namun musuhmu akan lebih sulit karena kau melawan bangsamu sendiri…"
Terjadi semacam kekacauan baik di bumi maupun pertanda langit. Begitulah yang saat ini terjadi di Persebaya dan Bonek. Saat perjuangan hampir mencapai puncaknya , jalan semakin terjal.
Bung Karno arek Suroboyo sudah mengingatkan kita semua " Musuhku mudah karena melawan penjajah, namun musuhmu akan lebih sulit karena kau melawan bangsamu sendiri…"
Terjadi semacam kekacauan baik di bumi maupun pertanda langit. Begitulah yang saat ini terjadi di Persebaya dan Bonek. Saat perjuangan hampir mencapai puncaknya , jalan semakin terjal.
Diawali dengan disahkannya Logo dan Nama Persebaya oleh Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Surat keputusan tersebut diterima tanggal 21 September 2015 di Jakarta.
Kabar gembira ini tentu saja membuat bonek sedikit bahagia setelah lama berjuang. Begitu juga pihak managemen PT Persebaya Indonesia , dalam hal ini Cholid Goromah dan Saleh Ismail Mukadar.
Jumat 25 September 2015 tertulis pada harian Jawapos bahwa aka nada rapat managemen PT. PI dengan anggota klub internal Persebaya. Rapat akan dilakukan di kantor parpol PERINDO di Jalan Arjuno.
Bak petir berkekuatan bom atom menyambar di hati dan pikiran sebagian besar bonek. Satu pertanyaan mengapa rapat internal dilakukan di gedung partai politik ? Persebaya punya gedung pusat perjuangan selama ini , Mess Eri Irianto.
Belum reda pembahasan masalah symbol tempat mereka rapat. Senin 28 September 2015 kabar mengejutkan lagi-lagi diperoleh dari tulisan di Koran Jawapos.
Ada pernyataan dari Cholid Ghoromah yang menurut bonek sangat menyakitkan di artikel tersebut. Dari pernyataan itu sekilas memang benar tapi sejarah mengapa bonek menuju kesana ini yang perlu semua untuk memahami.
Sudah hilang kepercayaan bonek terhadap managemen. Kenapa sampai lama dipertahankan ? Semua karena tanggung jawab mereka untuk menyelesaikannya lebih dahulu.
Senin sore saat itu sampai Selasa dini hari 29 September 2015 semua berlangsung dramatis. Serba cepat , mengharukan , sumpah serapah , emosional semua bercampur jadi satu. Cinta terhadap Persebaya dari bonek.
Hestek #SalehCholidOut #SIMCGOUT bersliweran di media sosial .
Komunikasi diantara para stakeholder Persebaya seakan putus, managemen , klub internal dan bonek pecah malam itu juga. Menyedihkan,
Beberapa rekan bonek berusaha berkomunikasi dengan mereka tapi yang di dapat justru jawaban yang mengambang dan melemahkan semangat perjuangan.
CG sebagai pengurus tertinggi sampai selasa siang belum bersuara, sembunyi entah dimana. Sementara satu persatu dari para bonek sudah menyatakan mundur dari perjuangan ini.
Berikut saya kutip dari akun twitter nya :
Persebaya sejatinya tlah kembali. Mundur dg senyum, tak mau diadu domba dg klub internal & Bonek. Krn dituduh akan mengkudeta pemilik saham
— Andie Peci (@AndiePeci) September 28, 2015
Saya & andik peci malam ini resmi menyatakan mundur dr perjuangan..sepurane seng akeh duuluurrr!!
— joner bonek liar (@JonerLiar) September 28, 2015
Tak terasa malam itu air mata ini meleleh , setelah sore hari masih sempat diskusi di mess Karanggayam membahas kelanjutan pendirian Koperasi Bonek Suporter Persebaya.
Kemarahan atau emosi jiwa ini semua karena bonek begitu mencintai Persebaya. Lima tahun lebih bonek mengerahkan semua yang dipunyai untuk kembalinya Persebaya.
Managemen yang sehat dan transparan
Dari pernyataan managemen terkesan bahwa bonek mau intervensi kedalam dan mendudukan bonek hanya sebagai penonton saja.
Pandangan itu mungkin saja benar di era puluhan tahun silam , managemen sekarang dibutuhkan transparansi. Ada hubungan klub dan supporter yang tidak terpisahkan.
Klub tanpa supporter dan supporter tanpa klub sama-sama tiada arti. Keterkaitan langsung untuk kehidupan klub dan suporternya.
Jika dalam beberapa kesempatan ada inisiatif bonek untuk memiliki saham atas klub itu sebagai bentuk control internal supporter ke klubnya secara resmi.
Beberapa klub modern juga menerapkan hal tersebut saat ini. Jadi bukan hal yang tabu untuk melakukannya. Managemen PT.PI mestinya mengetahui hal tersebut.
Menghargai perjuangan
Sebagai klub besar dan juga memiliki supporter fanatik managemen seharusnya juga menghargai arti perjuangan. Membaca sejarah.
Ada sejarawan terkemuka Edmund Burke : “Siapa yang tidak pernah mengenal sejarah , maka dia akan mengulang sejarah itu”
Pahit manis apapun itu adalah pelajaran penting untuk generasi yang akan datang. Hormatilah para pendiri , legenda , pengurus sebelumnya dan tentu saja perjuangan supporter selama ini.
Jika tidak ingat , bacalah ,buka google ,baca arsip koran atau apapun. Semua sebagai pengingat bukan hanya symbol saja.
Komunikasi
Hari Kamis 1 Oktober 2015 adalah hari dimana rencananya pusat perjuangan Arek Bonek 1927 akan di tutup alias vakum.
Hal ini dilakukan karena sampai tulisan ini dibuat tidak ada komunikasi dari pihak managemen tentang klarifikasi pernyataan di media tentang bonek. Selama belum ada hal tersebut sepertinya semua akan vakum
Hanya dalam waktu semalam perjuangan selama ini akankah berakhir seperti ini ?
Jika semua pihak managemen mau membuka hati dan rasa , dengan jalan mendatangi bonek dan berbicara terbuka,semua pasti ada jalan.
Perjuangan tidak akan pernah berhenti
Slogan Tak Kan Ada Kata Lelah , masih kami pegang sampai kapanpun. Jika kami vakum bukan berarti kami menyerah.
Seperti kata Andie Peci , kami tidak mau dibenturkan dengan klub internal dan sesama bonek sendiri.
Semua lini dan di bidang masing-masing bonek tetep akan berjuang untuk Persebaya , bukan pengurusnya.
Kebahagiaan akan terwujud dari sekumpulan helai perjuangan yang panjang. Yakinlah .
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata - WS Rendra
Salam Satu Nyali.
Mess Karanggayam 29 September 2015.