Friday, April 15, 2016

Gerakan Anti Cholid dan Saleh semu ?

  

Menanggapi berita di bola.com yang berjudul “Anti Cholid Goromah dan Saleh Mukadar Hanya Ramai di Medsos” . Berita tersebut tertanggal (30/3) oleh Fahrizal Arnas.     

Dalam berita tersebut diawali dengan tulisan bahwa gerakan anti Saleh dan Cholid selama ini dianggap salah alamat. Dalam Rembuk Persebaya (19/3) seakan-akan ada kesepakatan bahwa bahwa Saleh Cholid masih dipercaya untuk menahkodai Persebaya.

Hal ini sangat janggal karena dalam pertemuan itu sama sekali tidak di bicarakan masalah bonek memberi kepercayaan pada mereka. Yang dibahas banyak justru masalah tunggakan gaji pemain dan akhirnya diakhir acara diputuskan langsung oleh Pak Kardi Suwito dan Champ Pengkey untuk dibuat tim kecil. Sama sekali tidak ada hak secara legal yang bisa dikatakan bahwa bonek bisa menunjuk Saleh maupun Cholid untuk tetap duduk di jajaran managemen PT Persebaya Indonesia.

Kemudian jika dikatakan bahwa gerakan yang menuntut Saleh Cholid mundur hanya ramai di media sosial ini juga terasa aneh. Sudah hampir dua tahun ini gerakan ini sangat terlihat. Baik itu di media sosial maupun secara langsung di lapangan. Berbagai banner selalu ada tentang #SIMCGOut bahkan saat Persebaya tidak main sekalipun di stadion luar kota saja ada. Yang paling mencolok adalah banner yang di depan mess Karanggayam.

Jika dalam artikel itu ada ditulis bahwa yang melakukan gerakan tersebut adalah tidak mengetahui dinamika dalam tubuh Persebaya saat ini. Pernyataan ini juga sungguh janggal. Justru tuntutan tersebut ada karena sudah selama enam tahun Saleh beserta Cholid dan jajarannya membuat Persebaya terpuruk dan secara bisnis tidak menguntungkan. Ingat Persebaya sekarang adalah sebuah badan hukum usaha yang di jalankan untuk meraih prestasi dan keuntungan. Bukan klub saweran.

Mengenai tim kecil yang di bentuk silahkan tetap bekerja sesuai porsinya. Semua demi Persebaya. Jika ada opini seperti yang ditulis di berita tersebut tentu saja bisa menyesatkan. Berita tersebut juga tidak melakukan wawancara dengan para bonek lain yang sangat getol melakukan gerakan Saleh Cholid harus keluar. Jadi tidak ada keseimbangan dalam pemberitaan tersebut.

Hampir semua gerakan revolusi saat ini diawali dari gerakan media sosial. Contoh saja di Mesir ,Hongkong ,bahkan saat demo besar Konggress PSSI di JW Marriot semua info disebarkan via media sosial. Jangan sepelekan gerakan di media sosial. Jaman sudah berubah. Akankah bonek akan meniru managemen yang secara official saja tidak mempunyai media sosial dan semakin tertinggal ?


Semoga tidak. Salam Satu Nyali.