Menanggapi berita di bola.com yang berjudul “Anti Cholid Goromah dan Saleh Mukadar Hanya Ramai di Medsos” . Berita tersebut tertanggal (30/3) oleh Fahrizal Arnas.
Dalam berita tersebut
diawali dengan tulisan bahwa gerakan anti Saleh dan Cholid selama ini dianggap
salah alamat. Dalam Rembuk Persebaya (19/3) seakan-akan ada kesepakatan bahwa
bahwa Saleh Cholid masih dipercaya untuk menahkodai Persebaya.
Hal ini sangat janggal
karena dalam pertemuan itu sama sekali tidak di bicarakan masalah bonek memberi
kepercayaan pada mereka. Yang dibahas banyak justru masalah tunggakan gaji
pemain dan akhirnya diakhir acara diputuskan langsung oleh Pak Kardi Suwito dan
Champ Pengkey untuk dibuat tim kecil. Sama sekali tidak ada hak secara legal
yang bisa dikatakan bahwa bonek bisa menunjuk Saleh maupun Cholid untuk tetap
duduk di jajaran managemen PT Persebaya Indonesia.
Kemudian jika dikatakan
bahwa gerakan yang menuntut Saleh Cholid mundur hanya ramai di media sosial ini
juga terasa aneh. Sudah hampir dua tahun ini gerakan ini sangat terlihat. Baik
itu di media sosial maupun secara langsung di lapangan. Berbagai banner selalu
ada tentang #SIMCGOut bahkan saat Persebaya tidak main sekalipun di stadion
luar kota saja ada. Yang paling mencolok adalah banner yang di depan mess
Karanggayam.
Jika dalam artikel itu
ada ditulis bahwa yang melakukan gerakan tersebut adalah tidak mengetahui
dinamika dalam tubuh Persebaya saat ini. Pernyataan ini juga sungguh janggal.
Justru tuntutan tersebut ada karena sudah selama enam tahun Saleh beserta
Cholid dan jajarannya membuat Persebaya terpuruk dan secara bisnis tidak
menguntungkan. Ingat Persebaya sekarang adalah sebuah badan hukum usaha yang di
jalankan untuk meraih prestasi dan keuntungan. Bukan klub saweran.
Mengenai tim kecil yang
di bentuk silahkan tetap bekerja sesuai porsinya. Semua demi Persebaya. Jika
ada opini seperti yang ditulis di berita tersebut tentu saja bisa menyesatkan.
Berita tersebut juga tidak melakukan wawancara dengan para bonek lain yang
sangat getol melakukan gerakan Saleh Cholid harus keluar. Jadi tidak ada
keseimbangan dalam pemberitaan tersebut.
Hampir semua gerakan
revolusi saat ini diawali dari gerakan media sosial. Contoh saja di Mesir
,Hongkong ,bahkan saat demo besar Konggress PSSI di JW Marriot semua info
disebarkan via media sosial. Jangan sepelekan gerakan di media sosial. Jaman
sudah berubah. Akankah bonek akan meniru managemen yang secara official saja
tidak mempunyai media sosial dan semakin tertinggal ?
Semoga tidak. Salam
Satu Nyali.
No comments:
Post a Comment