Wednesday, May 15, 2013

Bonek dan Politik







Politics is like football; if you see daylight, go through the hole – JF. Kennedy


Musim dimana pencitraan dan pencarian dukungan massa semakin mendekat berbarengan dengan sudah dimulainya proses pencalegkan para politisi dan semakin dekatnya pemilukada Jatim yang akan berlangsung bulan 29 Agustus 2013 .

Seperti biasa bonek demikian seporter Persebaya yang tersebar di seluruh Jawa Timur pun menjadi magnet tersendiri bagi partai dan politisi untuk didekati sebagai sumber suara bagi calon Gubernur dan dirinya sendiri sebagai caleg. Hal yang sangat sah dan dilindungi oleh undang-undang bahwa setiap individu yang telah dewasa memiliki hak politik dalam pemilukada. Sebagai pribadi ini adalah hak setiap warga Jatim memilih wakilnya dan pemimpinnya untuk 5 tahun kedepan.

Hal yang bisa membuat sedikit hangat adalah jika para politisi dan partai mengajak atau menyeret para pribadi tersebut dengan mengatasnamakan bonek sebagai seporter sepakbola dan menggunakan atribut bonek dan Persebaya untuk menggalang dukungan. Akan terjadi resistensi yang besar di kalangan seporter bonek khususnya jika ini diteruskan terjadi,bagaimanapun bonek itu terlalu universal untuk di klaim sebagai pendukung tertentu walaupun mereka membawa elemen bonek tersebut.

Ada beberapa hal yang menurut akun twitter @andhi667 yang membuat bonek bisa terseret ke politik , ini saya ambilkan dari twit tersebut : 

1.       Bonek' bkn entitas tunggal dlm satu wadah organisasi, shg dgn mudah ada pihak yg mengklaim dukungan Bonek
2.       Tdk adanya mekanisme organisasi jg membuat adanya oknum Bonek yg dgn mudah mencari makan mengatasnamakan Bonek
3.       Tdk adanya pengayoman dr FCPERSEBAYA_ pd Bonek membuat oknum Bonek leluasa mengarahkan Bonek pd politik
4.       Manajemen FCPERSEBAYA_ sendiri tdk bersih dr politik

Memang sifat egaliter dan tanpa kepemimpinan atau menonjolkan suatu pemimpin menjadikan bonek yang bukan merupakan organisasi terstruktur ini menjadi semua menjadi liar. Dan juga para politisi secara pribadi juga sepertinya memang mengincar suara secara terbuka untuk keterpilihannya dan jagoannya.

Secara umum sebenarnya bisa dimaklumi apabila mereka sebagai pribadi melepaskan segala atribut bonek dan Persebaya dalam beerkampanye ataupun berkegiatan politik praktis baik dalam partai politik ataupun organisasi politik sayap partai. Bagaimanapun juga persaudaraan antar bonek harus tetap dijaga dan terjalin dengan baik apapun pilihan dan pandangan politik antar bonek sebagai pribadi.

Di Indonesia sendiri 2014 adalah saat pemilihan Presiden dan Legislatif sedangkan 2013 ada pemilukada Jatim. Jatim sendiri adalah barometer perpolitikan nasional disamping Jabar dan Jateng. Bonek sebagai salah satu bagian dari warga Negara mau tidak mau suka tidak suka tidak bisa menghindar dari pesta demokrasi tersebut dan peta perpolitikan Indonesia. Sikap dewasa dan kecerdasan berfikir disini di perlukan agar semua bisa ditangkap dengan dingin di kepala dan hati. Belum lagi permasalahan dualisme klub dan masalah internal klub sendiri membuat bonek harus lebih dan lebih dewasa.

Merah,Putih,Biru,Hijau,Kuning hanyalah sebuah warna dan bendera dalam peta politik kita,sebagai bonek harus tetap hijau hanya mendukung Persebaya klub kebanggaan Surabaya bukan mendukung partai tertentu ataupun Presiden/Gubernur/walikota tertentu. Apapun pilihan anda sebagai pribadi junjung tinggilah persaudaraan antar bonek dalam kekeluargaan.

“You can change your wife, your politics, your religion, but never, never can you change your favourite football team.” – Eric Cantona.

Salam Satu Nyali , Wani !!!

Wednesday, May 1, 2013

Buruh dan Pemain Persebaya







Buruh bersatu tak bisa dikalahkan ….Buruh bersatu tak bisa dikalahkan…


Hari ini tepat 1 Mei 2013 dimana-mana di seluruh dunia menjadikannya hari buruh internasional. Semua kelas pekerja seperti biasanya menggelar ritual turun ke jalan berdemontrasi mengungkapkan perasaan dan tuntuan tentang hak mereka sebagai pekerja. Di sebagian negara hari itu ditetapkan sebagai hari libur nasional yang bertujuan memberi penghormatan terhadap buruh untuk berekspresi di jalanan.

Pemain sepakbola itu juga bagian dari apa yang dinamakan kelas pekerja atau buruh. Pemain Persebaya bagian dari mereka yang seharusnya mendapatkan hak dan kewajiban yang sama sesuai peraturan ketenagakerjaan yang ada jika memang perjanjian itu atas dasar undang-undang tersebut.

Jika dasar hukumnya adalah undang-undang tersebut, maka pemain tidak perlu takut lagi dalam memperjuangkan hak-haknya. Tetapi apabila kontrak pemain tanpa dasar hukum yang jelas, maka bersiap-siaplah menjadi “Pekerja Pasrah Rela” dari pihak-pihak yang hanya ingin memanfaatkan mereka dalam hal ini manajemen klub PT.Pengelola Persebaya Indonesia.

Beberapa pemain pindah secara mendadak itu juga diakibatkan tidak jelasnya ikatan antara pemain dan klub. Sementara saat ini pemain yang tersisa menuntut pembayaran gaji April yang belum mereka terima. Seperti diketahui saat masih dipegang Gede W gaji pemain dibayarkan diawal bulan dan setelah Gede mundur gaji mereka “akan” dibayar akhir bulan.

Hai pemain Persebaya bersatulah tuntutlah hak kontrak tertulis kalian berdasar UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Hai pemain Persebaya bersatulah dan belajarlah dari kasus – kasus sebelumnya yang banyak merugikan pemain agar tidak terulang lagi

Hai pemain Persebaya bersatulah jangan takut buka suara mintalah bantuan ke ahli hukum agar kalian tidak tertipu manajemen dan agen pemain

Momentum hari buruh ini bisa dijadikan pijakan untuk evaluasi diri dan menanyakan secara tegas kepada manajemen agar hak pemain terpenuhi dan pemain bisa menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai kesepakatan tertulis dalam hal ini kontrak yang nanti akan dibuat.

Pemain sepakbola adalah pekerja sepakbola yang semestinya juga dilindungi oleh undang-undang ketenagakerjaan. Semoga semua pemain sepakbola pada umumnya dan pemain Persebaya pada khususnya bisa lebih cerdas dan bijak dalam menyikapi permasalahan klasik dan menemukan solusi terbaik bagi klub dan pemain.

Labor is the superior of capital, and deserves much the higher consideration (Abraham Lincoln)


*sumber foto : @utdindonesiasby