Monday, August 31, 2015

Darah Bonek , Darah Pejuang dan Gerilyawan




Tiga hari sudah berlalu , Jumat sampai Minggu 28 – 30 Agustus 2015 kemarin arek bonek 1927 mengutip buku mas Fajar Junaidi sedang Merayakan Sepakbola dengan cara yang lain. Jika di prosentase mungkin mereka merayakannya hanya 10% dari yang sesungguhnya. Tapi itulah yang bisa dilakukan saat ini.

Sudah banyak berita , foto dan tulisan mengenai apa yang arek bonek 1927 (AB 1927) jalani selama tiga hari itu. Ada banyak gambaran antara sedih , haru , gembira , dongkol , semangat menyala , tak kenal menyerah , disengat matahari yang membakar kulit tentunya sangat banyak cerita yang bisa di kisahkan.

Surabaya di kenal banyak melahirkan dan menjadi tempat belajar para tokoh nasional baik itu dari sayap kanan , kanan luar , sayap kiri , kiri luar , striker atau penyerang tengah , playmaker , gelandang bertahan bahkan sampai penjaga gawang republik ini. Jauh sebelum republik ini terbentuk Surabaya telah menjadi kota atau tempat para tokoh tersebut belajar , bertukar pikiran dan melakukan pergerakan.


HOS Cokroaminoto

Sebuah nama besar yang sering dikatakan sebagai guru dari banyak tokoh pergerakan di Indonesia. Sebagai pemimpin organisasi modern Sarekat Islam beliau seringkali dijadikan guru untuk menimba ilmunya.

Bertempat di jalan kecil bernama Gang Paneleh VII, di tepi Sungai Kalimas, Surabaya, rumah Tjokroaminoto berada. Rumah itu bernomor 29-31 menjadi tempat kos beberapa muridnya. Beberapa tokoh tersebut sampai saat ini masih menjadi tokoh inspiratif bagi kebanyakan , baik yang di kiri ataupun yang di kanan.

Coba perhatikan baik-baik murid HOS Cokroaminoto ada Soekarno , Semaoen , Alimin , Kartosuwirdjo , bahkan di rumah beliau sering ada diskusi KH Ahmad Dahlan dan KH Mansyur tokoh yang dijadikan salah satu jalan di dekat Masjid Ampel.

Bahkan di era itu tokoh M Pamoedji dan mungkin juga Paijo merupakan tokoh yang sangat aktif dalam pergerakan baik kiri ataupun kanan. Tan Malaka pun sempat mampir di Surabaya.

Surabaya gudang tokoh revolusioner.

Dengan nama-nama diatas yang sangat tersohor tidak menjadi hal aneh jika AB 1927 secara tidak langsung sebenarnya juga bagian dari murid-murid beliau di level yang berikutnya.

Dalam tradisi kita biasanya ilmu apapun akan ditularkan kepada anak-anaknya atau anak muda di generasinya untuk menjadi bekal pelajaran di generasi akan datang. Jadi tidak aneh jika pergerakan AB 1927 dari awal sampai saat ini diisi oleh arek-arek dengan posisi yang berbeda-beda.Karena mereka terdiri dari berbagai macam murid dari guru yang berbeda.

Keberagaman yang saling menguatkan walaupun selalu diselingi diskusi yang panas dan rumit dalam memutuskan suatu aksi massa. Wajar karakter arek selalu meledak-ledak khas anak pantai yang udaranya menyengat.


Bung Tomo , Ruslan Abdoel Gani , Soemarsono

Di generasi berikutnya tidak afdol kalau tidak menyebut tokoh seperti Bung Tomo , Ruslan Abdul Gani , Sumarsono . Dua tokoh diatas sempat jadi cameo di film animasi Battle of Surabaya yang saat ini masih di putar karya anak-anak muda Amikom Yogyakarta.

Masa itu adalah saat arek-arek Surabaya dimana mereka sedang mempersiapkan , dan mempertahankan kemerdekaan. Yang membaca naskah proklamasi juga arek Surabaya dan murid HOS Cokroaminoto. Peristiwa 10 Nopember 1945 tidak akan pernah dilupakan oleh warga kota ini.

Perang gerilya di dalam kota. Ya.. Surabaya saat itu sudah menjadi kota pelabuhan besar dan banyak gedung – gedung megah. Maka perang kota adalah kunci.

Dari para tokoh ini AB 1927 diajari semangat dan aturan tak tertulis tentang perang kota dalam versi sesungguhnya yang dimodifikasi dengan saat ini untuk arti “perang” nya.


------

Jika dulu di tahun 1945an arek-arek berperang kota dengan cara merebut dan menduduki segala macam gedung dan fasilitas milik pemerintah kolonial seperti digambarkan oleh buku-buku sejarah. Perlawanan ini sebagai simbol bahwa arek-arek menolak untuk tunduk dan memilih jalan melawan terhadap mereka.

Maka tak salah jika AB 1927 dalam tiga hari kemarin mereka menduduki dan meminta sikap kepada perwakilan dari Mahaka Sports yang ada di Surabaya untuk menyampaikan sikap bonek menolak jika Piala Presiden 2015 diikuti oleh klub dengan nama Persebaya United .

Jika kemarin ada yang bilang kenapa bonek ke Hanamasa , mau minta makan ya ? Bonek hanya senyum saja , mungkin yang berkata begitu belum tau perjuangan dan tentang symbol. Perlawanan itu juga tentang symbol-symbol. Baik itu bendera , kantor , radio dan lain-lain.

Mahasiswa yang menentang USA misalnya mereka akan mendatangi kedubes atau konsulat mereka , bisa juga ke restoran yang merepresentasikan mereka seperti Mc Donald dan sebagainya. Tidak mungkin mereka langsung ke Negara yang dituju. Itulah perjuangan tentang symbol-symbol.

Perlawanan akan terus berlangsung , mungkin saja nanti akan berganti strategi lain yang lebih tinggi. AB 1927 akan menaikkan level perlawanannya. Menduduki markas tim yang bernama Persebaya United dan mengusir penghuninya dari kota pahlawan ini.

Bonek memiliki darah pejuang dan gerilyawan. Tak kan ada kata lelah dan menyerah. Bendera telah dikibarkan dan tidak akan pernah di turunkan. Sayap kiri , Sayap Kanan,Striker,Playmaker, Gelandang serang , bek kiri kanan dan kiper  telah siap untuk untuk menyerang dengan formasi 4 – 3 – 3 .

Ijinkan saya mengutip petikan twit dari @zenrs :


Darah bonek darah Gerilyawan , Diam Mempesona Bergerak Menggairahkan.

Monday, August 24, 2015

Bonek Mendukung 100% Piala Presiden 2015




Sepakbola tidak akan pernah mati. Segala bentuk , cara , dan tempat bermain bola bisa dicari dimanapun kita berada. Bergembira bersama menendang bola.

Saat ini sedang berlangsung turnamen Piala Kemerdekaan yang diselenggarakan oleh tim transisi melalui EO nya. Sudah berlangsung beberapa partai dan masih saja banyak permasalahan baik di pengelolanya maupun di lapangan. Peserta turnamen ini sebagian besar dari Divisi Utama.

Sisi lain mulai tanggal 30 Agustus 2015 akan dimulai juga turnamen Piala Presiden yang di selenggarakan oleh PT. Liga Indonesia melalui EO PT. Mahaka Sports. Turnamen ini diikuti sebagian besar oleh bekas tim Indonesia Super League.

Dari dua turnamen diatas , untuk Piala Presiden rencananya juga akan di supervisi oleh tim transisi bentukan Kemenpora. Saya melihat saat sedang mengelola turnamen yang diselenggarakan sendiri saja dalam hal ini Piala Kemerdekaan tim transisi masih banyak masalah yang terjadi.

Kejadian-kejadian tentang wasit , dan operator lapangan menjadi hal mencolok. Bahkan yang juga cukup mengganggu adalah tersiarnya berita bahwa match fee setiap pertandingan untuk tiap tim masih belum dibayarkan secara penuh sesuai yang dijanjikan di awal. Ada apa ? Anggaran belum ada ? Atau anggaran sudah ada tapi takut menggunakannya ?

Permasalahan diatas terus akan menggelinding sampai Piala Kemerdekaan selesai , jika tidak di selesaikan secara cepat dan benar makan masalah ini akan jadi bom waktu buat tim transisi. Apalagi mereka juga akan merencanakan Konggres Luar Biasa PSSI.

Di pihak lain Piala Presiden yang rencananya akan di buka di stadion Dipta Bali oleh Bapak Jokowi juga menghadapi hal serius. Apa itu ?

Bonek 100% Dukung Piala Presiden

Seperti saat PT.Liga Indonesia menghentikan gelaran kompetisi lalu , masalah dua klub Arema dan “Persebaya” masih mengganjal. Di Surabaya arek bonek 1927 sebenernya mendukung 100% di gelarnya turnamen Piala Presiden ini.

Diakui atau tidak bonek pun walau tim kebanggaannya masih di perjuangkan tetaplah mengikuti dan menyaksikan pertandingan sepakbola walau sebagian besar mungkin hanya lewat televisi. Jikalau pun ada yang ke stadion mereka hanya menikmati sepakbola bukan mendukung salah satu klub.

Hal lain yang dilakukan arek bonek di stadion adalah menjadikan altar tribun sebagai panggung untuk menyuarakan protes ke berbagai pihak untuk menyelamatkan Persebaya dengan membentangkan spanduk di berbagai stadion di Indonesia.

Masalah bagi arek bonek adalah ketika Tim Transisi , BOPI tetap memberikan rekomendasi kepada Mahaka sebagai EO nya dengan tetap meloloskan tim dengan lain. Sudah dari awal arek bonek mengirim surat ke mereka yang isinya menolak jika ada nama klub yang membawa nama Persebaya beserta semua yang menempelnya dalam hal ini logo klub.

Logo klub yang dipakai timnya Pak Gede adalah logo milik Persebaya Surabaya. Dan nama Persebaya sendiri masih dipersengketakan di Pengadilan Negeri Surabaya , masih dalam proses persidangan. Tentu saja dengan hal tersebut bonek sudah sewajarnya menggugatnya. Bukan menolak turnamen tersebut tapi mempermasalahkan klub membawa nama dan logo Persebaya. Sederhana.
Tanggal 20 Agustus 2015 tersiar berita bahwa nama yang mau ikut turnamen Piala Presiden sudah berganti menjadi Persebaya United. Cukup mengagetkan dan menggelikan . Secara nama sudah berubah akan tetapi tetap menempel nama Persebaya. Sedang logo yang dipakai masih logo yang lama.

Semua terlihat dari media promo di twitter @IndosiarID dan @PialaPresidenID semua masih menampilkan nama Persebaya dengan logo lama.

Reaksi Bonek

Setelah mendengar kabar tersebut arek bonek 1927 segera merapatkan barisan untuk menyikapi hal tersebut. Hal ini juga semakin dipanaskan oleh ungkapan petinggi Mahaka bahwa mereka mengabaikan bonek untuk terus maju dengan rencana mereka.

Hari ini 24 Agustus 2015 bonek akan berkirim dua surat. Satu surat pemberitahuan aksi kepada kapolda Jatim , Polrestabes Surabaya bahwa bonek akan melakukan aksi unjuk rasa di berbagai tempat yang merupakan anak bisnis dari Mahaka Grup yang berada di Surabaya.

Beberapa anak usaha yang akan dijadikan tempat menyampaikan pendapat tersebut antara lain , Hanamasa , Republika , Astra International , Pronto , Elektronic City ,Gen FM dan lainnya. Ijin yang akan  diajukan langsung 3 hari tanggal 28 – 30 Agustus 2015.

Surat kedua adalah ditujukan kepada Mahaka Grup selaku EO yang menyatakan bahwa Arek Bonek menolak Piala Presiden jika masih mengikutsertakan klub nya Pak Gede jika masih menggunakan embel-embel nama Persebaya dan logonya.

Untuk supporter klub lain , bonek meminta maaf , bukan bermaksud menggagalkan perayaan sepakbola itu sendiri. Bonek hanya menginginkan nama dan logo Persebaya tidak digunakan di turnamen apapun saat masalah unternal kami di pengadilan belum selesai.

Seperti pernah saya tulis sebelumnya , akan menjadi solusi yang mujarab kalau pak Gede logowo dan berbesar hati untuk mengganti nama dan logo nya untuk kelancaran turnamen tersebut. Saling menghormati dan menghargai.

Ini masalah nama sebuah kebanggaan dan sejarah yang besar , untuk bonek layak dan wajib diperjuangkan. Bukan sekedar gebyar sepakbolanya , ini lebih dari sekedar sepakbola.

Bonek mendukung penuh perhelatan turnamen Piala Presiden 2015 ini dengan catatan tidak mengikutsertakan nama dan logo Persebaya baik yang lama maupun yang baru.

Bagaimana Bung Hasani Abdul Gani CEO Mahaka Sports ? 

Salam Satu Nyali.


Monday, August 10, 2015

Surat Terbuka buat Bapak Gede Widiade


Pak Gede Widiade yang terhormat ,

Saya nulis surat ini biar kayak kekinian membuat surat terbuka tentang unek-unek di kepala saya. Pak Gede , saya sangat mengerti bapak itu sangat “mencintai” sepakbola. Bapak yang mengaku arek Wonokromo selalu mengatakan “aku yo bonek”.

Kecintaan bapak sudah tidak diragukan lagi , sejak bapak ditunjuk oleh Saleh Imail Mukadar dan Cholid Ghoromah untuk memegang PT.Pengelola Persebaya Indonesia saat itu. Dengan berjalannya waktu dan berbagai suka dukanya bapak selalu bilang berkorban untuk sepakbola dengan iklas.

Masih sangat inget saya omongan dan statemen bapak di Hotel Simpang saat ada diskusi menyelamatkan Persebaya. Bapak sebagai pengusaha yang katanya sukses di Jakarta dengan gagah berani mengatakan saya telah berkorban untuk Persebaya dengan harta benda.

Pak Gede yang berhati mulia ,

Seiring berjalannya waktu posisi bapak sekarang ada di tim dimana tim tersebut sangat berbeda dengan yang dulu bapak kelola dengan gagah perkasa. Sebelum masuk tim sekarang bapak dengan bala kurawa dan pandawa nya berhasil “memiliki” dan “mengelola” sebuah tim di Kota Mojokerto.

Saat ini tim yang bapak kelola akan mengikuti sebuah turnamen yang diselenggarakan oleh PT. Liga Indonesia bertajuk Piala Presiden . Sebelumnya nama turnamen ini akan bernama Piala Indonesia Satu. Entah kenapa berganti nama. Mungkin habis buat bubur abang .

Pak Gede yang gagah perkasa ,

Bapak tau selama tim yang bapak kelola bermain di Surabaya kurang mendapatkan tempat di hati mayoritas bonek yang ada. Stadion hamper kosong bahkan saat tiket masuk di bagi-bagi ke masyarakat bahkan di “bagi” juga ke “sponsor”.

Bapak dengan pede nya memberi keterangan pers yang mengatakan bahwa tim bapak sekarang sudah diakuisisi oleh perusahaan bapak 100%. Artinya tim itu sudah milik bapak sendiri. Ok pak itu betul memang tim yang dimiliki dan dikelola oleh bapak.

Tapi pak , yang menjadi semacam ngganjel di saya adalah nama klub yang bapak kelola kenapa tidak ganti saja dengan misalnya Wonokromo FC , Rujak Cingur FC , Lontong Balap FC , atau bahkan bapak bisa hidupkan kembali seperti Niac Mitra , Mitra Surabaya tentu saja juga harus ijin pemilik lama kalau pakai itu.

Atau bapak membuat klub baru sebagaimana banyak kota dimana ada lebih dari satu klub. Kalau itu bapak lakukan saya yakin akan punya basis pendukung sendiri di kota Surabaya ini. Surabaya sudah punya pengalaman punya klub selain Persebaya.

Pak Gede yang bijaksana ,

Sebelum bergulirnya Piala Presiden saya berharap bapak membaca surat saya ini , saya yakin sebagai arek Wonokromo asli bapak tau karakter dan nyali arek Suroboyo. Bapak sebagai kelahiran Tuban mestinya juga bertindak dan berpribadi layaknya Ronggolawe yang ksatria. Bapak akan lebih terhormat mengurus rakyat saja sebagai wakil rakyat di DPR. (Jadi anggota dewan khan ?)

Untuk itu pak , segerakanlah membuat bancaan, selametan, tumpengan dan bubur merah putih , senyampang bulan Agustus ini buat nama klub baru bapak , sayembarakan kalau kesulitan tentunya bareng logo klub barunya nanti.

Saya akan ikut sayembara itu , pokoknya kalau menang saya gak akan ambil hadiahnya , biar hadiahnya besar bisa buat bayar tagihan para pemain saat bapak mengelola Persebaya .


Salam Satu Nyali