Pak Gede Widiade yang terhormat ,
Saya nulis surat ini biar kayak
kekinian membuat surat terbuka tentang unek-unek di kepala saya. Pak Gede ,
saya sangat mengerti bapak itu sangat “mencintai” sepakbola. Bapak yang mengaku
arek Wonokromo selalu mengatakan “aku yo bonek”.
Kecintaan bapak sudah tidak
diragukan lagi , sejak bapak ditunjuk oleh Saleh Imail Mukadar dan Cholid
Ghoromah untuk memegang PT.Pengelola Persebaya Indonesia saat itu. Dengan
berjalannya waktu dan berbagai suka dukanya bapak selalu bilang berkorban untuk
sepakbola dengan iklas.
Masih sangat inget saya omongan
dan statemen bapak di Hotel Simpang saat ada diskusi menyelamatkan Persebaya.
Bapak sebagai pengusaha yang katanya sukses di Jakarta dengan gagah berani
mengatakan saya telah berkorban untuk Persebaya dengan harta benda.
Pak Gede yang berhati mulia ,
Seiring berjalannya waktu posisi
bapak sekarang ada di tim dimana tim tersebut sangat berbeda dengan yang dulu
bapak kelola dengan gagah perkasa. Sebelum masuk tim sekarang bapak dengan bala
kurawa dan pandawa nya berhasil “memiliki” dan “mengelola” sebuah tim di Kota
Mojokerto.
Saat ini tim yang bapak kelola
akan mengikuti sebuah turnamen yang diselenggarakan oleh PT. Liga Indonesia
bertajuk Piala Presiden . Sebelumnya nama turnamen ini akan bernama Piala
Indonesia Satu. Entah kenapa berganti nama. Mungkin habis buat bubur abang .
Pak Gede yang gagah perkasa ,
Bapak tau selama tim yang bapak
kelola bermain di Surabaya kurang mendapatkan tempat di hati mayoritas bonek
yang ada. Stadion hamper kosong bahkan saat tiket masuk di bagi-bagi ke masyarakat
bahkan di “bagi” juga ke “sponsor”.
Bapak dengan pede nya memberi
keterangan pers yang mengatakan bahwa tim bapak sekarang sudah diakuisisi oleh
perusahaan bapak 100%. Artinya tim itu sudah milik bapak sendiri. Ok pak itu
betul memang tim yang dimiliki dan dikelola oleh bapak.
Tapi pak , yang menjadi semacam
ngganjel di saya adalah nama klub yang bapak kelola kenapa tidak ganti saja
dengan misalnya Wonokromo FC , Rujak Cingur FC , Lontong Balap FC , atau bahkan
bapak bisa hidupkan kembali seperti Niac Mitra , Mitra Surabaya tentu saja juga
harus ijin pemilik lama kalau pakai itu.
Atau bapak membuat klub baru
sebagaimana banyak kota dimana ada lebih dari satu klub. Kalau itu bapak
lakukan saya yakin akan punya basis pendukung sendiri di kota Surabaya ini.
Surabaya sudah punya pengalaman punya klub selain Persebaya.
Pak Gede yang bijaksana ,
Sebelum bergulirnya Piala
Presiden saya berharap bapak membaca surat saya ini , saya yakin sebagai arek
Wonokromo asli bapak tau karakter dan nyali arek Suroboyo. Bapak sebagai
kelahiran Tuban mestinya juga bertindak dan berpribadi layaknya Ronggolawe yang
ksatria. Bapak akan lebih terhormat mengurus rakyat saja sebagai wakil rakyat
di DPR. (Jadi anggota dewan khan ?)
Untuk itu pak , segerakanlah
membuat bancaan, selametan, tumpengan dan bubur merah putih , senyampang bulan
Agustus ini buat nama klub baru bapak , sayembarakan kalau kesulitan tentunya
bareng logo klub barunya nanti.
Saya akan ikut sayembara itu ,
pokoknya kalau menang saya gak akan ambil hadiahnya , biar hadiahnya besar bisa
buat bayar tagihan para pemain saat bapak mengelola Persebaya .
Salam Satu Nyali
Pak Gede yang terhormat, dapet salam pak dari Andi Darussalam Tabussala.
ReplyDeleteKatanya di atas langit masih ada banyak langit lagi pak, 7lapis malahan.
Salam Satu Nyali