Thursday, November 8, 2012

Cak Durasim dan Rusdy Bahalwan.....



“Heroes are ordinary people who make themselves extraordinary.”- Gerard Way

Ungkapan diatas diucapkan oleh seorang vokalis grup band My Chemical Romance yang menunjukkan bahwa seorang pahlawan itu sebenarnya merupakan seseorang biasa yang melakukan sesuatu yang luar biasa . Dua hari lagi tepatnya 10 Nopember nanti merupakan salah satu hari dan tanggal yang selalu diingat khususnya masyarakat Surabaya akan sebuah peristiwa peperangan dengan sekutu di Surabaya. Pembahasan tentang peristiwa itu sudah cukup banyak menjelaskan betapa peperangan tersebut menginspirasi sehingga sampai dijadikan sebagai hari pahlawan oleh pemerintah. Tokoh yang terkenal dalam peristiwa itu sebut saja Cak Roeslan Abdul Gani , Soekarno dan yang paling diingat tentu Sutomo atau lebih dikenal sebagai Bung Tomo.

Disaat orang banyak menyebut pahlawan itu di Surabaya juga ada banyak pahlawan yang mempunyai karakter sendiri dalam perjuangannya sesuai profesi mereka pada jamannya. Dan yang akan sedikit saya tulis disini adalah Cak Durasim dan Rusdy Bahlawan yang bagi saya mereka adalah pahlawan Surabaya.

Cak Durasim…..

Beliau adalah seniman Ludruk kelahiran Jombang, dia adalah seniman ludruk sejati di jaman Soerabaja Tempo Doeloe. Beliau adalah penggagas perkumpulan ludruk di Surabaya ,semacam organisasi profesi pada saat itu. Di tahun 1937 beliau juga menggagas cerita legenda Surabaya diangkat menjadi bahan seni ludruk dalam bentuk drama.
Kenapa beliau saya katakana pahlawan karena sesungguhnya beliau itu juga sebagai pejuang di ranah seni saat jaman perjuangan melawan Nippon atau Japan. Panggung hiburan rakyat ludruk beliau dan yang lain dijadikan sarana memotivasi para rakyat dan mengkritisi penjajah dengan humor atau satir yang diselipkan di ludruk-annya tersebut. Cerita dalam ludruk yang dia bawakan selain sejarah legenda kota juga mengangkat hal factual saat itu tentang perjuangan lokal Surabaya dan Jawa Timur. Beliau juga menggagas seni jula-juli Surabaya yang isi syairnya kritikan terhadap penguasa / penjajah saat itu dikemas dalam wujud seni yang menggelitik.
Salah satu yang melegenda dari jula-juli itu adalah saat beliau pentas di Keputran syair yang dinyanyikan diatas panggung adalah :

“Bekupon omahe doro, melok Nippon tambah soro” Artinya : kehidupan pada jaman Jepang itu lebih sengsara (dibanding dengan kehidupan di jaman penjajah Belanda) .

Akibat dari kidungan ini yang menyebabkan Cak Durasim dimasukkan penjara  dan disiksa oleh tentara Jepang yang saat itu menguasai Indonesia . Pada tahun 1944 Cak Durasim menghembuskan nafas terakhir di dalam penjara dan dimakamkan di Makam Islam Tembok Surabaya.Sayangnya banyak sekali masyarakat yang belum tau makam beliau.


Rusdy Bahalwan …

Rusdy Bahalwan begitu sebuah nama yang dilahirkan  di Surabaya dari pasangan Ali Bahalwan dan Rugaiyah Baadillah. Rusdy muda selepas SMA pernah  diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair), 1967. Karena cintanya pada sepakbola dan dipanggil timnas di Jakarta beliau memutuskan berhenti kuliah demi karir sepakbola sebuah olahraga yang sangat dicintainya.Beliau mendapatkan istri seorang gadis Medan yang dikenalnya sewaktu Rusdy bermain untuk Persebaya di sebuah turnamen legendaries Medan Piala Marah Halim di tahun 1976. Lahir besar dilingkungan yang agamis membuat beliau sampai dengan karir kepelatihannya selalu dilingkupi suasana religius. Demikian seperti yang dikatakan beberapa mantan pemain dan pemain Persebaya yang pernah saya tanya tentang beliau. Seseorang biasa yang berbuat luar biasa di dunianya salah satunya ya Rusdy Bahalwan ini.

Beliau pernah mengatakan selalu menyelipkan pesan moral kepada anak asuhnya agar persepakbolaan yang beliau cintai ini lebih maju serta tidak semakin rusak. Visi beliau adalah sepakbola yang bermoral untuk kemajuan sepakbola itu sendiri. Sifat luar biasa Rusdy selain itu adalah sifat toleransinya yang besar terhadap anak asuhnya yang beragama lain,beliau selalu member waktu mereka buat beribadah sesuai kepercayaannya,karena beliau juga mengajak yang seagama buat beribadah bersama beliau. Hal ini dilakukan sebagai wujud kebersamaan sebagai sebuah tim yang memang dibutuhkan dalam sepakbola.

Jasa beliau sebagai pahlawan bola menurut pandangan saya khususnya pahlawan Surabaya adalah sebagai salah satu dari pelatih yang mampu membawa klub Persebaya Surabaya sebagai juara Liga Indonesia 1997. Ditangan beliau Persebaya menjadi tim yang sangat disegani dan produktif di kompetisi saat itu,dan jangan lupa juga sebagai tim yang sportif dalam lapangan,semua karena kepemimpinan beliau yang bersahaja dan tegas.

Ada juga beberapa pernyataan Rusdy saat menjadi pelatih yang sangat religius dan visioner :

"Seorang pemain yang sengaja melepas bola agar timnya kalah, itu berarti telah berbuat dosa. Pelatih yang sengaja menginstruksikan pemainnya mencederai pemain bintang lawan, juga telah berbuat dosa. Begitu juga manajer yang mengatur skor akhir pertandingan, serta wasit yang karena sesuatu hal lantas memihak pada salah satu tim, termasuk perbuatan dosa. Karena itu, semua yang telah saya sebutkan di atas harus kita tinggalkan mana kala sepakbola kita mau maju, dan tidak terancam bubar”

Disini beliau sangat menekankan tentang moral pemain,dihadapan beliau tidak ada kata pemain bintang semua harus menjunjung tinggi nilai moral baik di dalam maupun luar lapangan. Konon cerita dulu ada pemain yang mengkonsumsi narkoba akhirnya harus keluar dari tim. Tentang kisah sewaktu menangani Piala Tiger di Vietnam sampai beliau meninggal beliau tidak pernah mau mengungkapkan. Tapi saya yakin tentang peristiwa itu bukan kemauan seorang Rusdy Bahalwan yang sangat kental dengan religius,tegas dan karakter arek Suroboyo.

Dimanapun kalian berada dan apapun profesinya jadilah yang terbaik dan berbuatlah yang luar biasa walau kalian hanya seorang biasa.

Tiada gading yang tak retak…. Berbuatlah kalian secara luar biasa agar kalian bisa dikenang sebagai seorang pahlawan dan bukan pecundang…..

(dikutip dari berbagai sumber)

Monday, November 5, 2012

Siapa mau jadi pemilik klub sepakbola Indonesia ?


Football is an incredible game. Sometimes it's so incredible, it's unbelievable.
~Tom Landry
Sepakbola itu menarik semua level umur manusia,dari kecil sampai besar hampir semuanya menyukai apa itu permainan dengan bola. Bahkan ada suatu survey yang mengatakan bahwa alat bermain pertama bagi bayi laki-laki adalah bola !

Beberapa hari lalu mundul berita yang mengabarkan bahwa Grup Bakrie lewat Pelita membeli sebuah klub bernama Bandung Raya,sebuah klub yg dulu professional tapi sekarang sudah di amatir. Bandung Raya pernah menjadi juara di salah satu edisi liga Indonesia saat masih bernama Mastrans Bandung Raya (MBR). Saat itu mereka dihuni beberapa pemain berkualitas macam Peri Sandria,Nur Alim dan juga yg fenomenal Dejan Glusevic.

Apa yang menarik disini adalah kembalinya klub “tua” untuk muncul dipermukaan lagi ditengah carut marut persepakbolaan di tanah air,satu sisi kita butuh orang-orang yang peduli dengan kekuatan modalnya sisi lain kita juga butuh orang yang cinta bola juga secara utuh.
Nostalgia akan klub lama jadi muncul sesaat terpikir klub-klub tersebut adalah para pendiri kompetisi bernama Galatama. Secara kepemilikan klub tersebut jelas secara “professional” siapa yang memilikinya dalam arti mendanai klub baik gaji pemain,pelatih dan lainnya. Hal ini yang membedakan dengan klub sekarang terutama yang berada di bawah kompetisi Liga Prima. Klub tersebut dimiliki oleh sebuah konsursium yang membentuk suatu manajemen untuk mengelola klub menjalankan kompetisi ,secara tanggung jawab mereka langsung ke konsursium. Disini agak kabur kepemilikan klub yang ada hanya didanai oleh konsursium.

Dulu klub Galatama dimiliki oleh seorang pengusaha yang “gila” bola dan bener-bener total mereka keluar uang untuk menjalankan klub. Sebut saja TD Pardede punya hotel dan sekolah membentuk Pardedetex di Medan, Benny Mulyono punya pabrik cat Warna Agung dengan klub Warna Agung, Benny Ardi pemilik PT Tempo pemilik dua klub sekaligus Tunas Inti dan Tempo Utama, Sigit Hardjojudanto, dengan Arseto Solonya , sedangkan A. Wenas adalah pengusaha  di kawasan Indonesia Timur juga mendirikan Niac Mitra di Surabaya. Masih ada beberapa klub lagi seperti Perkesa78, Jayakarta,Cahaya Kita.

Kepemilikan klub yang jelas ini bisa dengan jelas akan meminta tanggung jawab kesiapa andai kasus yang saat ini menghinggapi beberapa klub di bawah konsursium terutama masalah gaji baik pemain,staf pelatih bahkan manajemen.Kemana pemain dan staf pelatih meminta hak mereka ,semua berpusat di konsursium yang mereka sendiri tidak mengerti kepada siapa di konsursium tersebut.

Walau ada beberapa berita negative tentang galatama tetep harus kita beri nilai lebih terhadap pengusaha/orang bola tersebut dalam membiayai klub tersebut. Bukan mau mundur tapi andai ada pengusaha yang peduli pada klub yang sudah sekarat/mati suri itu dan dihidupkan lagi pasti aka nada semangat baru bagi stake holder bola lain demi kemajuan sepakbola nasional.

Semisal sebuah konglomerat Indofood menghidupkan kembali Indocement , Jawa Pos Grup menghidupi Niac Mitra / Persebaya , Gudang Garam jadi memiliki klub sendiri,Para Grup memiliki juga dan banyak lagi,pasti akan menumbuhkan semangat baru. Akan tetapi semua tetap harus berpusat ke federasi sebagai wadah resmi sebuah kompetisi yang punya aturan game dan organisasi yang konsisten dan dikelola orang yang tepat dan cinta bola. Akankah muncul Erric Tohir lain yang mau mengelola klub sepakbola secara penuh sebagai suatu kecintaan dan bisnis ? apapun sepakbola sudah menjadi bisnis atau industry tersendiri.

Semua ini juga kembali ke federasi kita yang masih kacau,apapun besar keinginan seseorang mengelola sebuah klub kalau wadah kompetisi atau rumah (federasi) nya kacau tetap saja akan sia-sia. Semangat seporter,semangat pecinta/pengusaha bola akan lebih besar lagi jika federasi yang ada berangsur membaik dan mengelola kompetisi secara baik dan benar.
Football doesn't build character, it reveals character! – Marv Levy

*foto : sumber google