“Perjuanganmu akan lebih sulit , karena melawan bangsamu sendiri”
Arek Surabaya ini telah membuat prediksi yang sangat popular dan relevan saat ini untuk bangsa kita juga untuk Persebaya Surabaya.
Sudah cukup rasanya waktu bagimu lebih dari 5 tahun . Usia dimana semestinya sudah beranjak sekolah lebih tinggi. Tidak ada hal yang membanggakan dari masa itu.
Jika di runut dari lahirnya 2009 sampai saat ini sudah lebih dari 5 tahun. Dengan orang yang sama selama itu. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya , periode ini adalah periode gagal.
Persebaya sekarat . Disamping faktor luar justru dari dalamlah sebenarnya semua bermula. Coba buka semua file koran atau media online semasa itu.
Kolaborasi managemen yang ada dan para mantannya yang di dalam adalah setali tiga uang. Sama-sama busuk. Bila ada yang maju atau membawa kearah kemajuan justru disingkirkan.
Persebaya sebagai salah satu bekas klub perserikatan. Klub ini secara histori dan dalam waktu yang lama banyak didanai oleh pemerintah kota Surabaya. Tentu juga sumbangan pengusaha yang dekat dengan pemkot waktu itu.
Semua fasilitas baik lapangan latihan , mess pemain , roda kompetisi internal ( pengurus cabang pssi kota ) menggunakan fasilitas pemkot. Pun juga soal pendanaannya. Itu berlangsung tahunan saat APBD masih boleh digunakan.
Maka saat berdirinya PT Persebaya Indonesia tidak ada unsur pemerintah kota sebagai pemegang saham menurut saya sangat aneh. Bagaimanapun ada semacam setoran modal secara langsung oleh pemkot. Contoh komplek Karanggayam itu milik pemkot.
Kenapa tiba-tiba muncul komposisi saham PT.PI tersebut ? Hanya Tuhan dan mereka (pengurus) nya yang tau. Kenapa pemkot tidak menggugatnya ?
Dengan pemegang saham hanya Cholid Goromah , Saleh Ismail Mukadar dan Koperasi Mitra Surya Abadi. Koperasi ini infonya beranggotakan pemilik klub internal.
Mari coba kita lihat apa yang menyebabkan Persebaya sekarat dari kaca mata biasa saja.
DUET BELUT BIKIN KABUT
Surabaya sangat terkenal mempunyai makanan lezat dari belut. Ya , namanya Spesial Belut Surabaya dengan pemilik H.Poer.
Belut banyak hidup di sawah yang sekarang banyak di ternakan untuk kepentingan restoran. Mahluk yang sangat licin dan gesit jika di habitatnya. Susah di tebak lubang persembunyiannya. Mereka berdua menjadikan Persebaya terselimuti kabut gelap.
Secara moral seharusnya mereka berdua sudah mundur sebagai duet pemimpin PT.PI. Kalau lebih malu lagi boleh bunuh diri. Kenapa harus turun ?
Apa yang telah mereka perbuat selama ini tidak menghasilkan sesuatu yang positif. Perusahaan merugi. Meninggalkan banyak hutang ke pihak lain. Dan yang paling menyesakkan adalah ikut andil hingga Persebaya sekarat seperti saat ini.
Coba misalnya ada direksi sebuah perusahaan dimana laporan keuangan dan prestasinya jelek dan minus selama 5 tahun akan di teruskan ? Saya merasa pemilik saham lain akan mengadakan RUPS untuk evaluasi dan mengganti jajaran direksi.
Bagaimana dengan tanggungjawab hutang-hutang selama mereka menjabat ? Penjelasannya di akhir tulisan nanti.
PARASUT BUKAN PARASIT
Dalam ilmu biologi yang membahas tumbuhan di kenal ada namanya tumbuhan parasite. Yaitu tumbuhan yang dalam kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian besar atau seluruhnya pada tumbuhan lain atau induknya.
Nah klub internal sebagai anggota dari koperasi tadi bisa dikatakan sebagai parasit bagi PT.Persebaya Indonesia sebagai induknya. Sebagai badan hukum tersendiri sudah semestinya PT PI terbebas dari kewajiban atau rongrongan klub internal itu sendiri.
Sebagai pemegang saham benar , tapi dalam menjalankan roda perusahaan itu harus terpisah. Apalagi tidak jelas setoran modal apa yang sebenarnya tercatat dari klub internal ke PT PI. Ada yang tau ?
Perpindahan pemain dari internal ke Persebaya pun ada harganya. Juga sudah beralih dari pemain amatir ke professional. Pemain menjadi milik Persebaya lagi bukan klub internal.
Disini harusnya sudah putus hubungan secara legal. Tidak boleh klaim lagi bahwa pemain masih dimiliki klub internal.
Saat ini secara riil hanya berapa klub internal yang masih hidup secara sehat. Logika saja mengurus badannya sendiri saja sempoyongan apalagi masih ikut mengurus klub sebesar Persebaya.
“Bisa saja dengan adanya investor andal yang membiayai Persebaya , nanti nasib kami (klub internal) kembali cerah seperti dulu” statemen Maurits salah satu bos klub internal di Jawa Pos 8 Oktober 2015.
Dari statemen tersebut terlihat bahwa klub internal masih akan tetap menjadi parasite bagi Persebaya. Semestinya klub internal itu menjadi parasut bagi Persebaya. Sebagai bank pemain muda. Persebaya akan membeli pemain ke klub tersebut.
Parasut yang dimaksud adalah klub internal ikut melindungi Persebaya dengan memasok pemain berkualitas dengan harga pantas. Wajar secara klub internal melalui koperasi menjadi pemegang saham klub.
Untuk itu di perlukan langkah radikal menyelamatkan klub secara cepat dan matang. Jangan hilang momentum yang ada. Bergeraklah dan bekerjalah secara cerdas dan gotong royong. Tidak berjalan sendiri-sendiri.
REVOLUSI PERSEBAYA
Dalam salah satu kalimatnya seorang Tan Malaka berkata “ Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai keadaan” dalam aksi massa tahun 1926. Dilanjut dengan “Revolusi itu menciptakan”
Sebuah gerakan moral bersama untuk penyelamatan Persebaya. Revolusi Persebaya. Jika 2010 terjadi gerakan revolusi mengganti rezim Nurdin Halid dengan revolusi PSSI. Maka saat ini sudah saatnya bonek melakukan gerakan Revolusi Persebaya.
Beberapa hal bisa di jelaskan mengapa hal ini perlu dilakukan. Paling utama adalah managemen di bawah Cholid G , Saleh Ismail Mukadar beserta klub internalnya telah gagal.
Langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk itu saya coba sedikit menuliskannya sesuai yang saya mengerti. Semoga nanti ada yang menambah atau mengoreksinya.
Intinya Revolusi Persebaya harus jalan secepat-cepatnya dengan perhitungan yang matang.
Mendesak Rapat Umum Pemegang Saham kepada para pemegang saham. Mengembalikan semua saham kepada forum tersebut secara nyata beserta hitungan nilai saham sesuai akta pendirian.
Pemegang saham harus berbesar hati menyerahkan sebagian saham ke investor atau pihak lain untuk ikut mengelola PT.PI. Dilakukan penilaian yang wajar atas nilai saham , asset klub ( ada atau tidak ?) dan tentu saja hutang berjalannya.
Kekonyolan atau kekeliruan dalam pengelolaan selama ini harus dijadikan pelajaran. Jangan diulangi apapun alasannya. Cholid Ghoromah dan Saleh Ismail Mukadar harus keluar dari managemen.
Meraka Gagal.
Jangan lupakan Bonek. Bonek adalah bagian yang sangat penting untuk Persebaya. Investor akan melihat bonek sebagai bagian dari investasi mereka mengelola PT.PI. Jika memang bonek melalui koperasi atau yayasan yang mau dibentuk untuk menjadi bagian pembeli saham , biarkan berjalan sesuai aturan yang ada.
Duet Cholid Saleh mundur dan klub internal tau diri dalam hal pengelolaan nanti adalah kunci dalam mendatangkan investor. Persebaya dan bonek itu seksi.
Semua hutang bisa diselesaikan dengan dihitung sebagai setoran modal yang datang nanti. Analoginya jika saham yang dijual total sebesar 70% dengan nominal 70 milyar . Maka dari 70 milyar itu sebagian langsung digunakan untuk melunasi semua hutang PT.PI.
Nominal lain langsung digunakan untuk membangun fasilitas tim , lapangan dan mess sendiri , membentuk tim managemen dan klub sesuai anggaran yang ada. Tidak besar pasak daripada tiang.
Tidak ada kewajiban investor membiayai klub internal dan kompetisi internal. Itu domain asosiasi sepakbola Kota Surabaya. Sebagai tim amatir mereka masih boleh menerima bantuan dana dari pemkot. Dan tentu saja bisa mencari sumber dana sendiri tanpa perlu menyusu ke Persebaya.
Biarkan Persebaya mandiri tanpa gangguan internal. Bonek juga wajib mengawasi kinerja mereka untuk mengelola klub kesayangannya. Dukung jika positif kritisi jika melenceng.
Jadi impian saya adalah jangan Kembalikan Persebaya ke Karanggayam yang banyak tikus contongnya , tapi Kembalikan Persebaya sebagai klub kebanggaan. Bisa punya komplek latihan milik sendiri tanpa perlu nebeng asset pemerintah kota.
Sedikit menggocek ungkapan tokoh terkenal “di dalam masa revolusilah tercapainya puncak kekuatan moril , terjadinya kecerdasan pikiran dan memperoleh segenap kemampuan untuk merenovasi bangunan Persebaya baru” .
Meminjam judul buku Budiman Sudjatmiko jadilah bonek generasi sekarang sebagai Arek – Arek Revolusi.
Revolusi Persebaya ! Cholid Saleh mundur. Tanpa itu semua , akan mengulang yang sudah-sudah. Percayalah Persebaya akan kembali.